REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA, BRASIL -- Presiden Brasil Dilma Rousseff bergabung dengan publik internasional meminta penghentian pertumpahan darah di wilayah pendudukan di Gaza, Palestina. Ia juga mengutuk serangan yang dilakukan Israel dan menyebutnya sebagai "pembantaian".
"Apa yang terjadi di Gaza berbahaya. Saya tidak berpikir itu genosida, tetapi saya pikir itu pembantaian," kata Rousseff pada forum yang diselenggarakan oleh surat kabar Folha de Sao Paulo, mendukung seruan PBB untuk gencatan senjata segera.
Serangan tersebut, kata Rousseff, membuat orang-orang berada dalam situasi ketidakamanan yang besar. Banyak wanita dan anak-anak yang terancam keselamatannya.
"Kita tahu bahwa dalam perang seperti ini, orang-orang yang jadi korban adalah warga sipil," kata dia.
Sebelumnya Brasil juga melakukan tindakan nyata sebagai bentuk protesnya, yakni dengan menarik kembali duta besarnya untuk Israel.
Terkait hal tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor, menyebut Brasil sebagai "kurcaci diplomatik."
"Saya menyesalkan kata-kata itu," kata Rousseff. "Kata-kata itu menciptakan suasana yang sangat buruk. Dalam hal ini, kita harus sangat berhati-hati," kata dia lagi.
Lebih dari 1.050 warga Palestina telah tewas dalam tiga pekan kekerasan yang menghancurkan di dan sekitar Gaza sejak Israel melancarkan ofensif, yang dikatakan bertujuan untuk menghentikan serangan roket Palestina.