REPUBLIKA.CO.ID, MERAK -- Musim mudik selalu menjadi momen untuk menambah pendapatan bagi para penyedia jasa pengangkut barang di pelabuhan Merak, Banten. Pasalnya, hanya pada saat musim mudik tiba penumpang memadati pelabuhan.
Otong, 55 tahun, sudah bekerja sebagai pengangkut barang penumpang yang akan menuju kapal sejak 25 tahun yang lalu. Ia mengaku saat musim mudik tiba pendapatannya meningkat lebih dari seratus persen. "Ya pasti ada peningkatannya terutama kalau sekarang pas arus baliknya," ujar otong, Rabu (30/7) kepada ROL.
Namun, Otong harus lebih jeli mendekati penumpang. Pasalnya,para penyedia jasa pengangkut barang tidak lagi melayani dari terminal. Otong dan kawan-kawannya pun harus menunggu penumpang di depan pintu masuk pelabuhan.
"Apalagi ojek semakin banyak," katanya.
Otong menjelaskan, wilayah operasinya hanya dari depan pintu masuk penumpang sampai ke kapal. Ia dan kawan-kawannya menawarkan jasa kepada para penumpang.
Soal tarif, menurut Otong, berat barang menjadi pertimbangan harga. Pada musim mudik, biasanya sekali angkut harganya berkisar dari Rp 10-15 ribu. "Intinya suka sama sukalah gak ada patokan," paparnya.
Sabidin teman seprofesi Otong mengaku membayar kepada pihak ASDP setiap tahunnya untuk bekerja menjadi jasa pengangkut barang di pelabuhan. Namun, Sabidin tidak menjelaskan berapa besaran yang harus dibayarkan ke ASDP.
Mereka semuanya berseragam warna merah. Awalnya, kata Sabidin, baju seragam memang berasal dari ASDP tapi tidak berwarna merah. Namun, karena alasan kurang dikenal oleh penumpang sehingga para penyedia jasa porter ini bersepakat memakai seragam merah.
Sama dengan Otong, Sabidin mengaku pendapatannya meningkat pada saat musim mudik tiba. Meski demikian, lanjut Sabidin, masih tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Para penyedia jasa pengangkut.barang itu akan ditemui disepanjang jalur pejalan kaki sampai ke kapal. Bahkan, mereka juga berkeliaran di dalam kapal saat kalal baru saja bersandar ke dermaga. Meraka akan menawarkan barang anda untuk dibawakan sampai tujuan