REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -– Karena ulah yang tak terpuji, kini Israel menghadapi tekanan diplomatik dari berbagai negara. Saat ini, beberapa negara Amerika Latin telah menarik duta besarnya dari Tel Aviv sebagai protes atas serangan Israel ke Gaza.
Peru adalah salah satu negara yang telah menarik duta besarnya dari Israel. Para pejabat Israel dikabarkan tidak senang dengan gerakan ini. “Israel menyatakan kekecewaan atas keputusan ini, dibuat oelh sebuah negara yang ramah yang dengannya kita berbagi setengah abad membina hubungan yang baik,” bunyi salah satu dokumen resmi yang dirilis Israel, baru-baru ini.
Pesan tersebut juga mengingatkan tentang pengalaman kedua negara menghadapi terorisme. “Israel selalu bersimpati dengan Peru. Selama bertahun-tahun mereka berjuang melawan terorisme. Terlepas dari kedekatan antara kedua negara, hari ini kita terkejut bahwa Peru tidak mendukung Israel dalam upaya melindungi warganya.”
“Jika ekstremis menyerang Peru dengan 3.000 roket dan rudal dalam satu bulan, tanpa keraguan pemerintah Peru akan bereaksi dengan cara yang sama dengan yang dilakukan Israel sekarang, untuk melindungi kehidupan semua warga Peru. Itu adalah komitmen dari semua negara bebas dan demokratis,” kata memo tersebut.
Negara-negara Amerika Latin lain juga menarik duta besarnya dari Israel beberapa hari terakhir. Chili dan El Salvador juga melakukan hal yang sama. Keputusan ini tampaknya didorong oleh keputusan yang sama dari Brasil yang telah terlebih dahulu menarik duta besarnya.
The Jerussalem Press mengutip pernyataan Menteri Luar Negri Israel, Yigal Palmor. Ia mengatakan bahwa keputusan Chili, El Salvador, dan Peru merupakan dukungan terhadap kelompok Hamas, yang telah diakui sebagai negara teroris oleh banyak negara di seluruh dunia.
Palmor juga menyarankan agar ketiga negara ini mempromosikan gerakan internasional utnuk membantu Israel berupaya mempertahankan warga sipil tak berdosa dan menghantikan demiliterisasi Gaza.