REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario akan terbang ke Tunisia untuk mengatur eksodus para pekerja beserta keluarganya dari Libya.
Ia akan mengawasi evakuasi 13.000 warga Filipina yang sebagian besar tinggal di kota Benghazi, Misrata dan Tripoli.
Del Rosario mengatakan, ia terbang ke Pulau Djerba di negara tetangga Tunisia dalam upaya untuk meyakinkan warga Filipina untuk meninggalkan Libya karena situasi yang sangat berbahaya.
Menurutnya, kapal-kapal yang terlibat untuk mengangkut pengungsi ke Malta masing-masing bisa membawa hingga 1.500 orang. Pihaknya pun masih bernegosiasi mengenai perjalanan yang aman melalui Benghazi, Misrata dan Tripoli.
Pemerintah Filipina pernah mengatur evakuasi massal serupa dari Libya pada 2011 ketika Muammar Qaddafi digulingkan. Banyak dari warga tersebut kemudian kembali ke pekerjaan mereka di Libya.
Sebelumnya, menurut laporan BBC, pemerintah Filipina memerintahkan evakuasi wajib pada tanggal 20 Juli lalu. Hal ini menyusul penemuan tubuh seorang pekerja konstruksi Filipina yang dipenggal dan diculik lima hari sebelumnya di Benghazi.
Pada Rabu (30/7), Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan, seorang perawat Filipina diculik dari rumahnya di Tripoli dan diperkosa sekelompok pemuda dengan enam tersangka.
"Kami mengutuk kejahatan yang telah dilakukan terhadap orang-orang kami," kata juru bicara Presiden Benigno Aquino, Herminio Coloma di Manila.
Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan, kurang dari 1.000 warganya telah meninggalkan Libya pada hari Rabu.
Sejumlah negara Barat telah meminta warganya untuk meninggalkan negara itu, termasuk Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat. Beberapa diantaranya telah dievakuasi oleh kedutaan mereka.