REPUBLIKA.CO.ID, YAOUNDE -- Muslim Kamerun keluhkan sikap masyarakat yang menghubungkan mereka dengan Boko Haram.
"Mereka melihat jenggot kami atau kerudung istri-istri kami dan menghubungkan kita ke sekte," keluh Motari Hamissou, seorang guru di sebuah sekolah dasar di Sabga, sebuah daerah di Bamenda.
"Saya seorang guru. Saya mengajar pendidikan Barat. Bagaimana saya bisa mengajar pendidikan dan pada saat yang sama mengatakan bahwa itu dilarang? Itu bisa dimengerti," tambahnya.
Lain hal dengan pengalaman Arlette Dainadi. Ia yang sehari-hari mengenakan hijab selalu mendapat teriakan bernada sinis. "Boko Haram, Boko Haram," kata Arlette.
Ketakutan serupa dirasakan istri Hamissou ', Aisha Hamissou yang juga menggunakan jilbab. "Saya tidak bisa bergerak dan berinteraksi secara bebas dengan orang lain tanpa disebut nama. Orang-orang memanggil saya Boko Haram, "jelasnya sampai hampir menangis.
Ulama setempat menyarankan umat Islam untuk lebih waspada. "Anda tidak pernah tahu apa hubungan mereka, Anda tidak tahu apa sebenarnya fokus mereka," kata dia.