REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Sieera Leone telah mengumumkan keadaan darurat yang terjadi di negara tersebut menyusul korban virus Ebola yang semakin meningkat, Kamis (31/7). Sebanyak 729 orang telah tewas akibat penyebaran virus di Afrika Barat.
Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma mengumumkan status tersebut agar virus ebola bisa segera ditangani. Darurat ebola diberlakukan dalam 60-90 hari ke depan.
Negara itu juga meminta karantina bagi para pasien yang terjangkit virus ini. Pasukan keamanan Nigeria telah melakukan penjagaan pada semua tempat karantina. Mereka juga memastikan keamanan para petugas kesehatan untuk dapat bekerja tanpa hambatan.
Sieera Leone juga berencana meminta bantuan negara tetangga yakni Libera untuk melakukan karantina warga yang terkena virus ebola. Dikatakan pemerintah, penanganan virus ebola harus segera dilakukan dengan tepat dan cepat agar tak semakin meluas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan segera meluncurkan rencana tanggap darurat, dengan memberi sebanyak 100 juta dollar AS, Jumat (1/8). Selain itu, WHO mendesak badan-badan intenasional untuk mengirimkan lebih banyak staf medis ke Sierrea Leone dan beberapa wilayah lain yang terjangkit virus ebola.
Dalam empat hari terakhir, WHO melaporkan sebanyak 57 kematian baru terjadi, baik di Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria. Dengan kematian baru tersebut, jumlah kasus Ebola tercatat telah mencapai lebih dari 1300.
Penyakit Ebola telah membunuh hingga 90 persen pasien yang terinfeksi. Pada tahap akhir, penderita Ebola dikatakan dapat lebih menularkan penyakit ini kepada orang-orang yang belum terjangkit sama sekali.
"Ancaman Ebola terus meningkat dan ini menjadi ancaman serius bagi para penduduk di Sieera Leone dan wilayah sekitarnya. Peningkatan sumber daya untuk mencegah penyebaran lebih lanjut diperlukan segera," ujar Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO, dilansir //Reuters//, Kamis (31/7).