REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Para pemimpin barat mungkin mengkritik Vladimir Putin atas konflik yang terjadi di Ukraina Timur, namun pemimpin Rusia ini juga menghadapi kritik dari beberapa pemberontak yang disenjatainya.
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia karena Putin dianggap tidak cukup membujuk separatis pro-Rusia menghentikan pertempuran. Dia justru memasok mereka dengan senjata.
Namun, ada juga pemberontak yang frustasi dengan Putin, meskipun mereka awalnya berjuang dengan senapan, mencari dan menggunakan senjata tua kini telah memiliki peluncur roket serta kendaraan lapis baja dan tank.
Para pemberontak kini terjepit oleh tentara Ukraina ke dalam dua kota terkuat mereka, Donetsk dan Luhansk. Mereka mengeluh kalah jumlah dan kurang persenjataan. “Oh, bagaimana kita akan melihat tentara Rusia di sini,” kata seorang pemberontak yang menamai diri Pavel, seraya berdiri di luar markas pemberontak di Donetsk.
“Jika mereka di sini, batas Ukraina akan menjadi 300 km dari arah barat dan selatan. Tapi mereka tidak datang.”
Meskipun dibantah oleh para pemberontak lain, ia mengatakan para separatis menerima peralatan militer, termasuk beberapa peluncur rudal dari Rusia. “Tapi itu hanya sebagian kecil dari yang kita butuhkan. Kita butuh orang-orang, orang-orang yang berpengalaman. Tapi Putin takut menghabiskan dana Rusia dan dana oligarkinya,” kata dia.
Pemberontak lain yang juga menolak menyebutkan nama menyuarakan rasa frustasi yang sama.”Rusia harus masuk Novorossiya,” kata dia. “Ini adalah tanah Rusia dan setiap hari mereka membuang-buang waktu menunggu (untuk memberikan bantuan personel dan senjata), yang artinya lebih banyak yang mati.”
“Kami merasa seolah-olah menjadi umpan meriam Rusia.” kata dia. Tidak jelas seberapa besar dan luas kekecewaan tersebut di antara pemberontak. Tak satupun dari mereka yang menyuarakan kritik mau menyebutkan namanya karena takut ada pembalasan.
Reporter: c92