REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sebuah kelompok pro-Palestina mengibarkan bendera nasional Palestina di Gedung Parlemen Inggris untuk mengulang seruan mereka agar dihentikannya serangan Israel ke Gaza.
Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) mengibarkan bendera itu bersama dengan pesan agar diberikan sanksi kepada Israel. Di atas bendera itu, tertulis pula slogan ‘Bebaskan Palestina.”
Unjuk rasa itu muncul beberapa jam sebelum gencatan senjata tiga hari dimediasi Mentri Luar Negri Amerika Serikat, John Kery. Sementara banyak pihak di media sosial memuji tindakan PSC, pihak yang lain mengatakan aksi mereka provokatif dan tidak bertanggung jawab.
Wakil Presiden Dewan Deputi Yahudi Inggris, Jonathan Arkush mengatakan kepada MailOnline, aksi itu menyinggung khalayak Inggris. Ia menyebut PSC sebagai kelompok yang tidak relevan dan ekstremis, yang dimotivasi oleh kebencian terhadap Israel.
“Kita tidak perlu mengimpor konflik Timur Tengah ke negara ini. Kita justru harus mengekspor nilai-nilai dan upaya yang dirancang untuk mewujudkan solusi damai terhadap konflik tersebut,” kata Arkush.
Namun, PSC membela tindakan mereka. Mereka mengatakan pemerintah Inggris telah berdiam diri sementara Israel terus membantai warga Palestina. “David Cameron telah gagal mendengarkan suara ratusan ribu orang Inggris yang telah turun ke jalan. Dia gagal untuk berdiri bersama orang-orang yang dijajah dan dibunuh secara kejam di bawah kekuatan kependudukan,” kata Ketua PSC, Hugh Lanning.
Tekanan terhadap pemerintah Inggris untuk bertindak melawan kependudukan Israel telah berkembang secara signifikan, hingga serangan Israel memasuki hari ke-26. Bendera Israel tidak hanya dikibarkan di Gedung Parlemen Inggris, namun juga di sejumlah bangunan dewan lokal seperti Bradford, Preston, dan di Menara Hamlets.
Pekan lalu, 45 ribu orang berbaris di London memprotes tindakan Israel di Gaza, bersamaan dengan demonstrasi di berbagai daerah lain di kota-kota besar Inggris. Sejak serangan dimulai, 1.400 warga Palestina terbunuh dengan persentase terbesar korban berasal dari kalangan perempuan dan anak-anak. Sementara itu, 56 tentara Israel dan tiga warga sipil tewas akibat serangan itu.