REPUBLIKA.CO.ID, IRAK -- Kelompok ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) kini semakin dikenal, berkat aksinya di beberapa wilayah. Baru-baru ini, Milisi dari kelompok radikal Suni itu juga merebut ladang minyak di wilayah gurun Palmyra, bagian tengah Provinsi Homs, Suriah.
ISIS mendeklarasikan diri sebagai negara baru, pada 9 April 2013, oleh Abu Bakar al-Baghdady. Hanya saja, deklarasi itu masih sepihak, karena belum ada pengakuan dari beberapa negara lain. Pemerintah Suriah, Irak, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga belum mengakuinya sebagai negara berdaulat.
Tak ada nama pasti untuk menyebut kelompok tersebut. Beberapa media di Amerika Serikat menyebutnya Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), lalu media di Timur Tengah seringkali menamakan dengan Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS). Kebanyakan media secara keseluruhan memanggilnya Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
Meski belum diakui sebagai negara, namun faktanya ISIS telah menguasai wilayah sekitar 400.000 km2. Hal itu meliputi daerah Irak dan Suriah. Bahkan, Kota Raqqah di Suriah, dijadikan ibu kota negara.
ISIS terbentuk dari gejolak di Irak dan Suriah. Diawali pada 18 Maret 2003, ketika itu pasukan Multinasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS), menyerang Irak, karena dianggap negara pembuat senjata pemusnah mahal, walaupun akhirnya tuduhan tak bisa dibuktikan.