REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina mendesak ribuan pekerjanya di Libya, Sabtu, untuk meninggalkan negara yang dilanda perselisihan itu sekarang sementara mereka masih bisa. Pemerintah memperingatkan bahwa jalan keluar yang tersisa segera tertutup.
''Satu kapal disewa oleh Manila diatur untuk berlayar dari Malta dalam beberapa hari mendatang guna mengambil warga Filipina dari pelabuhan Benghazi, Misrata dan mungkin Tripoli,'' kata pernyataan departemen luar negeri.
Namun, pemerintah menyatakan frustrasi pada keengganan banyak dari 13.000 pekerja untuk meninggalkan negara itu karena kekhawatiran mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan di negeri sendiri.
"Departemen Luar Negeri mengimbau pentingnya hal itu bagi mereka yang belum membuat keputusan untuk dipulangkan agar mempertimbangkan melakukannya karena jalan repatriasi dengan cepat berkurang," kata pernyataan itu.
Menteri Luar Negeri Albert del Rosario, di negara tetangga Tunisia untuk mengkoordinasikan evakuasi itu, menyatakan rute ke laut mungkin satu-satunya cara untuk repatriasi.
Dia mengatakan penyeberangan perbatasan Tunisia-Libya ditutup setelah insiden penembakan, sementara perbatasan ke Mesir telah ditutup selama berbulan-bulan.