Ahad 03 Aug 2014 04:51 WIB

Pengibar Bendera ISIS di Bundaran HI Bukan Binaan BNPT

Rep: c60/ Red: Joko Sadewo
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai
Foto: Antara
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa waktu lalu dalam kampanye di Bunderan Hotel Indonesia sekelompok orang tak dikenal mengibarkan bendera Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).

Ada tudingan tindakan tersebut merupakan tindakan yang dilakukan oleh kelompok binaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), sebagai gerakan kontra intelejen.

BNPT dituding melakukan operasi kontra intelejen dengan memerintah kolompok binaannya untuk melakukan pengibaran bendera ISIS, dengan tujuan menyebarkan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat.

Namun hal itu secara tegas dibantah oleh kepala BNPT, Ansyaad Mbai. Ansyaad menyatakan, BNPT tidak pernah melakukan hal tersebut. “Justru kelompok binaan BNPT kerap membantu kami memberikan informasi tentang keberadaan gerakan yang berpotensi melahirkan tindakan terorisme,” ujar Ansyaad saat ditemui Republika Online (ROL), Kamis (17/7).

Di kesempatan yang sama Ansyaad juga membantah wacana yang menyatakan kesenjangan sosial dan kesejahteraan sosial hanya sebagai alasan lahirnya gerakan terorisme. Dia menyebut wacana tersebut sebagai alibi yang dibuat-buat untuk membenarkan gerakan terorisme di mata publik.

Menurut Ansyaad, kemiskinan tidak serta merta melahirkan keinginan untuk melakukan aksi teror. “Justru kemiskinan dapat menjadikan sesorang lebih taat beribadah,” ujar Ansyaad saat ditemui di kantornya, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (17/7).

Kemiskinan yang selalu bergandengan erat dengan pengangguran kerap dijadikan pembenaran akan lahirnya aksi terorisme. “Justeru sebaliknya, teroris seperti M Nurdin Top dan Dr. Azhari lahir dari kalangan yang bekecukupan dan berpendidikan,” tambah Ansyaad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement