Oleh: Dr Abdul Basith Jamal/Dr Daliya Shadiq Jamal
Alquran adalah kalam Allah. Dan Allah adalah Pencipta semua makhluk yang terdapat di alam semesta ini.
Allah SWT telah menurunkan Alquran untuk semua makhluk-Nya. Karenanya, menjadi suatu keniscayaan bahwa semua makhluk yang diciptakan-Nya memiliki potensi untuk menjawab seruan Alquran.
Dalil atas itu–sebagaimana telah kami sebutkan—adalah segolongan jin yang beriman kepada Alquran, hanya karena mereka mendengarkan sebagian ayat-ayat suci Alquran.
Mengenai bagaimana cara manusia menjawab seruan Alquran, kita bisa memahaminya dalam kerangka bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dan memuliakannya di daratan dan di lautan.
Allah juga telah memberikan rezeki-Nya yang baik kepada mereka. Juga Dia telah menunjukkan kepada mereka jalan yang harus mereka lewati, sehingga kehidupan mereka di dunia berjalan lurus dan baik.
Sebagaimana Allah telah menciptakan pada diri mereka berbagai naluri yang berfungsi seperti radar yang dapat menangkap sinyal-sinyal yang berada di luar diri mereka, namun memiliki pengaruh atas kejiwaan mereka. Ketika sinyal-sinyal ini (bacaan kalam Allah) tertangkap, maka naluri keimanan yang dimilikinya akan langsung menjawabnya.
Sebagai contoh, kita mendapatkan bahwa orang yang terbiasa berbuat maksiat dan jauh dari jalan Allah, ketika ia mendengar firman Allah SWT yang berbunyi: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” maka ia akan tercekat dan memikirkan makna dari ayat ini, karena naluri tertentu yang terdapat dalam dirinya tunduk di hadapan kalam Allah dan tergerak untuk menjawab seruan yang dikandungnya.
Sungguh agung kitab suci Alquran ini. Ia adalah lautan dalam yang tidak seorang pun mampu untuk mengetahui batasnya dan memahami takwil dari ayat-ayatnya, kecuali Allah SWT sendiri yang telah bersaksi pada diri-Nya. Allah SWT berfirman, “Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.” (QS Ali-Imran: 7). (Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunah)