Oleh: Nashih Nashrullah
Kondisi genting yang dihadapi Abu Mu’allaq tak membuatnya takut dan gentar. Ia tidak membalas ancaman fisik itu dengan kekerasaan.
Tetapi sebaliknya ia malah mengajukan permohonan kepada si perampok agar diizinkan shalat empat rakaat sebelum si perampok mengeksekusinya. “Izinkan saya shalat terlebih dahulu sebelum Anda membunuh saya,” pinta Abu Mu’allaq. Permintaannya pun dikabulkan.
Kemudian, Abu Mu’allaq berwudhu dan shalat empat rakaat. Di pengujung shalatnya, detik-detik akhir sujudnya, ia berdoa agar Allah melindungi keselamatan jiwanya dari si perampok. Tak selang berapa lama, datanglah pengendara kuda dengan tombak yang diletakkan lurus sejajar tepat di antara kedua telinga kuda yang ia kendarai.
Sadar akan kehadiran pengendara misterius itu, si perampok bersiap diri, tetapi apa boleh buat. Si pengendara kuda itu lebih lincah dan lihai. Perampok pun akhirnya terbunuh. Usai duel maut, pengendara itu mendekati Abu Mu’allaq. Dengan rasa penasaran dan penuh keheranan, ia bertanya kepada pengendara misterius, siapakah gerangan dirinya.
Pengendara misterius menjawab, “Berdirilah. Aku adalah malaikat dari langit keempat. Aku mendengar suara bisikan di pintu-pintu langit pascadoa pertama yang engkau panjatkan. Setelah doa keduamu, aku mendengar keributan di antara penghuni langit. Pada pamungkas doamu, aku menerima kabar bahwa itu adalah doa dari hamba yang meminta pertolongan. Lantas aku pun meminta Allah agar mengeksekusi si perampok.”
Ampuh
Seperti apakah redaksi doa yang dipanjatkan oleh Abu Mu’allaq? Berikut doanya, “Ya wadud ya wadud, ya dzal’arsyi al-majid, ya fa’alu lima turidu, as’aluka bi’izzikal ladzi la yuram, wa bimulkikalladzi la yudhamu, wa binurikal ladzi mala’a arkana ‘arsyika an takfiyani syarra hadza al-lissha, ya mughits aghitsni.”
(Wahai Maha Pengasih wahai Maha Pengasih, Wahai Pemilik ‘Arsy yang terhormat, wahai Pelaksana segala apa yang Engkau kehendaki, aku meminta kepadamu dengan kemuliaan-Mu yang tak terkurangi, lewat singgasanamu yang tak terbinasakan, dan atas cahaya-Mu yang menyinari sendi-sendi singgasana-Mu, hendaknya engkau jauhkan keburukan pencuri ini. Wahai Penolong, tolonglah hamba-Mu.)
Doa ini diucapkan sebanyak tiga kali oleh Abu Mu’allaq dan akhirnya terkabul berkat kewaliannya.