REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP - Musim panen ikan bagi nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, berlangsung mundur meskipun wilayah perairan selatan Jateng telah memasuki musim angin timur.
"Sampai saat ini, belum ada ikan yang bermunculan di perairan selatan Jateng. Dengan demikian, nelayan belum memasuki musim panen ikan," kata Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap, Untung Jayanto, di Cilacap, Ahad (3/7).
Padahal dalam kondisi normal, kata dia, pada awal bulan Agustus seharusnya sudah mulai banyak ikan yang bermunculan di perairan selatan Jateng.
"Biasanya berbagai jenis ikan seperti tongkol dan cakalang sudah mulai keluar meskipun belum banyak. Tapi hingga saat ini belum ada yang keluar," tegasnya.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa nelayan masih ada harapan untuk bisa menikmati panen ikan karena saat ini belum sampai pada puncak musim angin timur.
Menurut dia, musim angin timur yang merupakan waktu panen ikan bagi nelayan Cilacap berlangsung hingga bulan Oktober.
Dia mengharapkan berbagai jenis ikan akan muncul di perairan selatan Jateng mulai pertengahan bulan Agustus hingga Oktober. "Dengan demikian, nelayan Cilacap dapat menikmati musim panen ikan," katanya.
Salah seorang nelayan Cilacap, Kardi mengaku belum berani melaut karena selain belum ada ikan, kondisi perairan selatan Jateng juga dipengaruhi cuaca buruk. "Lebih baik saya memperbaiki jaring agar siap digunakan saat musim panen ikan tiba," katanya.
Sebelumnya, Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah hingga Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlaku mulai hari Sabtu (3/8), pukul 19.00 WIB, hingga Senin (4/8), pukul 19.00 WIB.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa tinggi gelombang 2-3 meter berpeluang terjadi di pantai selatan Cilacap, pantai selatan Kebumen, pantai selatan Purworejo, dan pantai selatan Yogyakarta.
Sementara tinggi gelombang 3-4 meter, lanjut dia, berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Cilacap hingga Yogyakarta. Menurut dia, gelombang tinggi tersebut terjadi akibat angin kencang yang arah tiupannya cenderung searah karena saat ini masih berlangsung musim angin timur.