REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi menyatakan Indonesia harus lebih aktif berinisiatif untuk mewujudkan perdamaian permanen antara Israel dan Palestina.
"Indonesia harus melakukan terobosan dengan memulai pembicaraan bersama-sama Turki, Qatar dan Irak untuk mewujudkan perdamaian permanen Palestina-Israel," kata Yon saat dihubungi Republika Online, Ahad (3/8) petang.
Ketiga negara itu, lanjut Yon, potensial dapat mewujudkan perdamaian Israel-Palestina. Adapun negara-negara Timur-Tengah lainnya masih disibukkan dengan agenda masing-masing.
Menurut Yon, pengaruh Amerika Serikat (AS) juga sangat kuat terhadap negara Arab dan negara-negara Teluk lainnya sehingga tidak mungkin mengandalkan negara-negara itu.
"Poros baru yang fokus terhadap nasib Palestina harus segera dimulai, termasuk dukungan dari poros non AS, yaitu Cina dan Rusia. Pasalnya, serangan Israel ke Gaza sudah diluar batas kewajaran," tegas Yon.
Yon menambahkan Indonesia tidak cukup hanya mengecam, namun harus ada langkah nyata mengakhiri bombardir Israel yang membabi buta itu. Misalnya, dengan membentuk poros bartu bersama Qatar, Irak dan Turki serta bekerja sama dengan Cina dan Rusia guna menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Dihubungi terpisah, mantan Duta Besar RI untuk Qatar, Abdul Wahid Maktub, menyatakan Indonesia sebenarnya mempunyai kesempatan untuk lebih memainkan peran diplomasi di Timur Tengah.
"Saat ini, Indonesia sangat diakui dan dihormati oleh semua pihak yang berkonflik di Timur Tengah, termasuk penyelesaian konflik Palestina dan Israel," kata Abdul saat dihubungi Republika Online.
Menurut Abdul Wahid, posisi Indonesia di Timur Tengah sebenarnya sama seperti Qatar. Sebagai negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia, yakni 135 ribu dolar AS, Qatar sangat piawai memerankan lobi-lobi penyelesaian konflik Israel-Palestina.