REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perusahaan eksportir asal Israel harus menderita kerugian akibat ulah pemerintahnya yang tetap meneruskan pembantaian di Jalur Gaza. Sebuah perusahaan eksportir dari Israel mengakui jika perjanjian ekspor besar harus batal akibat serangan militer Israel yang telah menghabisi ribuan warga Palestina.
Perusahaan pembuat jus buah Priniv mengungkapkan kepada media berbahasa Ibrani, The Marker, seperti dikutip MINA, jika perjanjian untuk mengekspor jus buah segar ke Swedia telah dibatalkan. Pihak Swedia menolak untuk menerima impor tersebut karena jus itu diproduksi di Israel.
Konsumen jus segar di Belgia dan Prancis juga membuat permintaan serupa. Direktur Priniv Ido Yaniv mengungkapkan, adanya penurunan penjualan selama penyerangan Israel ke Jalur Gaza, seperti dilaporkan oleh Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang dipantau MINA.
Yaniv memprediksi jika perusahaannya akan menderita kerugian senilai 1,5 juta shekel akibat pembantaian di Gaza. Sebelumnya, banyak aksi boikot terhadap produk Israel yang tidak terungkap media oleh perusahaan-perusahan di Eropa. Mereka takut jika bisnis mereka diasosiasikan dengan rezim kolonialisme brutal dan apharteid yang ada di Israel.
Pada Februari, sebuah perusahaan Belanda dan sebuah perusahaan asal Italia menarik diri dari tender untuk membangun fasilitas pelabuhan di Israel.
Sementara itu, aktivis dari Lembah Yordania dari Tepi Barat, Palestina, telah melaporkan jika petani telah dikontak oleh penjual ritel dari Eropa untuk mengonfirmasi apakah mereka benar-benar berasal dari Palestina atau warga Israel.