REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) meyakini, paham radikal seperti yang dianut oleh pengikut Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tidak akan berkembang di Indonesia. Menurut Jokowi, Indonesia memiliki kultur kesantunan yang kental. Sehingga, masyarakatnya tidak akan mudah dipengaruhi oleh paham radikal.
"Saya lihat tidak (akan berkembang), karena kultur budaya dan keagamaan kita yang berbeda. Budaya keagamaan kita sangat kental dengan nuansa kesantunan, keramahan," ujarnya sebelum meninggalkan Balai Kota, Senin (4/8).
Meski yakin ISIS tak akan berkembang di Indonesia, Jokowi mengatakan pemerintah harus waspada. Tindakan pencegahan, kata dia, harus tetap dilakukan.
Menurut Jokowi, untuk mencegah agar paham radikal tidak berkembang, pendekatan agama-lah harus dilakukan. "Kalau saya cenderung pada pendekatan sisi keagamanan, itu tugasnya ulama dan kiai," ujar presiden terpilih yang baru akan dilantik pada 20 Oktober tersebut.
Jika ternyata paham tersebut sudah menyebar dan pengikutnya melakukan tindakan anarkis dan membahayakan negara, sambung Jokowi, maka penegakan hukum yang harus dilakukan.
Seperti diketahui, paham ISIS sudah mulai masuk ke Indonesia. Di situs YouTube telah muncul video berisi ajakan dari sekelompok warga Indonesia untuk bergabung dalam kelompok tersebut.