REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Qatar, Abdul Wahid Maktub, menegaskan tujuan dibentuknya "Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)" yang sesungguhnya adalah untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan Iraq ke tangan pendukung mantan Presiden Iraq, Saddam Hussein.
"Tujuan sesungguhnya ISIS adalah mengembalikan pemerintahan Iraq ke tangan pendukung mantan Presiden Saddam Husein yang digulingkan Amerika Serikat (AS)," tutur Abdul Wahid Maktub saat dihubungi Republika, Senin (4/8) siang.
Menurut Abdul Wahid, ISIS merupakan para militan pendukung mantan Presiden Saddam Hussein yang ingin menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Iraq saat ini, Nuri al-Maliki.
Gerakan ISIS yang menganut paham Sunni tidak bisa menerima kepemimpinan Iraq yang berpaham Syiah dan merebut pemerintahan secara tidak sah dengan bantuan AS dan sekutu-sekutunya.
"Sewaktu saya masih menjadi Dubes di Qatar, saya mendapatkan infonrmasi ini saat bertemu secara pribadi dengan seorang kerabat dekat Saddam Hussein," papar Abdul Wahid.
Profil dan ciri-ciri gerakan ISIS yang sangat militan dan radikal ini, lanjut Abdul Wahid, difatnya sama dengan yang saya dengar dari kerabat Saddam Hussein saat masih menjadi Dubes RI untuk Qatar.
Abdul Wahid mengaku ingin meluruskan pemberitaan di berbagai media massa tentang ide khilafah yang diperjuangkan ISIS.
Menurut Abdul Wahid, propaganda ISIS mebentuk Khilafah di seluruh dunia Islam sengaja digembar-gemborkan oleh AS dan sekutu-sekutunya untuk nempertahankan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Nuri al-Maliki di Iraq.
"Mustahil ISIS akan berjuang mendirikan khilafah di seluruh dunia, apalagi menguasai Jakarta, karena tujuan sesungguhnya ISIS adalah merebut pemerintahan Iraq dari rezim PM Nuri Al-Maliki," ungkap Abdul Wahid.
Isu khilafah, jelas Abdul Wahid, sengaja dibesar-besarkan oleh AS dan sekutunya karena ISIS sudah berhasil menguasai kota terbesar kedua di Iraq, Mosul, yang sangat kaya minyak.
Adapun target ISIS sesungguhnya, tegas Abdul Wahid, ialah menjadikan kholifah mereka, Abu Bakar al-Baghdadi, untuk menjadi pemimpin Iraq penganti PM. Nuri Al-Maliki.
ISIS menganggap kekuasaan pemerintah saat ini tidak sah karena dicapai dengan bantuan AS dan menggulingkan mantan Presiden Iraq, Saddam Hussein.