Rabu 06 Aug 2014 03:08 WIB

Warganya Tewas oleh Israel, Inggris Kaji Embargo Senjata

Rep: c63/ Red: Hazliansyah
Warga Gaza tengah mencari sanak-saudara mereka yang mungkin tertimpa reruntuhan bangunan akibat serangan Israel.
Foto: AP
Warga Gaza tengah mencari sanak-saudara mereka yang mungkin tertimpa reruntuhan bangunan akibat serangan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, INGGRIS -- Pemerintah Inggris menyatakan akan mengkaji kemungkinan untuk melakukan embargo senjata ke Israel. Hal ini menyusul tewasnya seorang relawan berkewarga negaraan Inggris dalam serangan udara Israel di dekat kota Raffah pada Ahad (3/8) kemarin. 

Seperti dikutip dari surat kabar Mirror, juru bicara Perdana Menteri David Cameron mengatakan, pemerintah Inggris akan meninjau semua izin ekspor senjata ke Israel. 

Kondisi itu terjadi setelah terus meningkatnya kematian warga sipil Palestina yang hingga kini berjumlah mencapai ribuan orang, termasuk seorang warga negara Inggris yang menjadi relawan di Gaza.

"Jelas situasi saat ini sudah berubah dibandingkan saat izin (lisensi) diberikan dan kami akan meninjau lisensi itu kembali dengan mengacu pada situasi saat ini,” kata Juru Bicara tersebut seperti dikutip OnIslamNet, Selasa (5/8).

Pengkajian pemberian lisensi senjata tersebut akan dilakukan Pemerintah Inggris dalam beberapa waktu ke depan. 

Seperti diketahui, Pemerintah Inggris sebagai salah satu penyumbang terbesar persenjataan Israel. Menurut laporan surat kabar itu juga, tahun lalu Inggris mengekspor barang militer, termasuk suku cadang rudal dan komponen pesawat tak berawak ke Israel senilai lebih 7 miliar Pounsterling.

Sementara Perdana Menteri David Cameron yang berbicara pada kunjungannya ke Loos Cemetery di utara Perancis menyatakan keprihatinannya terhadap tewasnya salah satu warga negaranya. Menurutnya, Pemerintah Inggris akan berusaha untuk mendorong gencatan senjata antara kedua belah pihak.

"Saya tidak ingin mengatakan apa-apa sebelum kita sudah bisa melakukan sesuatu, tapi pembantaian dan pembunuhan ini, harus berakhir,” kata Cameron.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement