REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengaku agak terkejut mendapati partisipasi pemilih pilpres kali ini. “Mungkin menarik untuk diteliti,” katanya belum lama ini.
Ferry sendiri menilai upaya KPU sudah sangat massif dalam sosialisasi pilpres. “Above dan below the line, iklan di media maupun melalui alat peraga seperti spanduk dan lain-lain sudah disampaikan kepada masyarakat,” katanya.
Sebenarnya, KPU kali ini akomodatif. Ada sekitar 3,5 juta orang di luar DPT yang diakomodasi. Semula DPT pilpres adalah 190.307.698, tapi kemudian membengkak menjadi 193.944.150, setelah masuknya 478.540 pemilih lewat daftar pemilih tambahan (DPTb), 249.526 pemilih lewat daftar pemilih khusus (DPK), hingga 2.908.396 pemilih khusus tambahan (DPKTb) atau yang menggunakan KTP atau identitas lain seperti paspor untuk mencoblos.
Jika memerhatikan angka undecided voters di survei-survei, pada pertengahan hingga akhir masa kampanye, terlihat embesar dibanding awal masa kampanye. LIPI, misalnya, dalam survei 5-26 Juni, mendapati undecided voters 23 persen.
Litbang Kompas, pada survei 1-15 Juni, mendapati 22,4 persen undecided voters. Institut Survei Indonesia, pada survei 15-21 Juni, menemukan 27,39 persen yang belum menentukan pilihan.
Undecided voters ini adalah pemilih mengambang. Dia bisa memutuskan memilih, bisa pula memutuskan golput. Dan, jika angka partisipasi pemilih ternyata terpuruk, bisa jadi sebagian besar mereka menarik diri dari pesta demokrasi dan menjadi golput.
Exit poll Indikator Politik Indonesia menemukan tren partisipasi menurun dibanding pileg lalu terjadi pada usia 22-25 tahun, dari 10,9 menjadi 9,0 persen; usia 26- 40 dari 39,2 menjadi 35,8 persen. Usia-usia ini justru paling melek teknologi. Sementara, kelompok usia lain justru naik.