REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Sudjito menilai pidato yang disampaikan Prabowo di Mahkamah Konstitusi (MK) justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Itu bumerang bagi dirinya, maksudnya apa, selain menyerang KPU itu juga menyerang pemerintah dengan menyebut negara feodal dan komunis," katanya kepada ROL, Rabu (6/8).
Prabowo menurut Ari, lupa bahwa ada data yang janggal di Sampang, Madura di mana ada 17 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dimenangkan secara total olehnya. Bahkan Jokowi-JK tidak memperoleh suara satu pun.
Pidato Prabowo tersebut menurutnya, juga akan menciptakan problem bagi dirinya sendiri. Presiden SBY yang mendengar pidato tersebut dipastikan juga akan tercengang dan tidak akan bersimpati pada Prabowo.
"Prabowo justru menciptakan musuh baru dengan statement-nya itu, tidak melahirkan simpatii baru justru banyak orang yang simpati padanya akan semakin manarik diri dan itu sudah mulai terlihat," katanya.
Harusnya kata Ari, Prabowo konsentrasi pada data-data yang akan disampaikan ke MK terkait dugaannya pada pelanggaran pemilihan presiden. MK menurut Ari juga diharapkan tidak terproovokasi dengan statmen Prabowo tersebut. MK harus tetap bisa menjaga kredibilitasnya, apalagi setelah MK tercoreng kasus Akil Mochtar beberapa waktu lalu.
"Ini menjadi pertaruhan MK untuk bekerja provesional dan transparan," katanya.