REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tunisia meminta kepada Amerika Serikat 12 helikopter Sikorsky Black Hawk buatan Amerika untuk membantu pasukannya memerangi aksi teror.
Sejak revolusi 2011, negara Afrika Utara itu dilanda gerakan garis keras yang meningkat, di mana sekitar 50 anggota militer dan polisi tewas dalam serangan-serangan yang punya hubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok garis keras Al Qaida di Maghreb Islam (AQIM) baru-baru ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan di Tunisia, terutama terhadap rumah keluarga menteri dalam negeri negara itu Mei lalu.
"Kami meminta Amerika Serikat memberikan kami sekitar 12 helikopter Black Hawk," kata Presiden Tunisia Moncef Marzouki, Selasa (5/8).
"Pesawat itu sangat mahal. Jika kami memiliki uang untuk ini kami akan memerlukan dua atau tiga tahun untuk memprolehnya. Tetapi kita sangat membutuhkannya sekarang," tambah Marzouki.
Marzouki adalah satu dari belasan kepala negara dan pemerintah yang kini berada di ibu kota AS untuk menghadiri KTT AS-Afrika selama tiga hari yang diselenggarakan oleh Presiden Barack Obama. Marzouki juga mengatakan Tunisia membutuhkan peralatan yang dapat digunakan untuk melihatpada malam hari dan peralatan komunikasi, dan menambahkan bahwa tentara tidak dilatih dengan mamadai dan tidak memperoleh semua pralatan yang dibutuhkannya.
"Jadi kami harus segera, itu benar-benar diperlukan untuk memerangi terorisme karena teroris-teroris ini terlatih dengan baik." katanya.