REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penolakan terhadap hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) oleh pasangan Prabowo-Hatta berimplikasi negatif terhadap persepsi publik. Akibatnya, dukungan terhadap pasangan nomor urut satu itu merosot drastis jika pemilihan presiden (pilpres) dilakukan hari ini.
Dalam survei terbaru yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network, dukungan terhadap Prabowo-Hatta saat ini hanya sebesar 30,39 persen atau turun drastis dari hasil //real count// KPU sebesar 46,85 persen. Sementara dukungan terhadap Jokowi-JK naik menjadi 57,06 persen dari 53,15 persen.
Untuk pemilih yang menyatakan tidak tahu dan tidak menjawab sebesar 12,55 persen. Jika pemilih yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab dibagi secara proporsional kepada kedua pasangan capres, maka hasil akhirnya menjadi 65,25 persen untuk pasangan Jokowi-JK dan hanya 34,75 persen untuk Prabowo-Hatta.
Menurut Peneliti LSI Network Ade Mulyana, turunnya pamor Prabowo diakibatkan oleh persepsi negatif publik terhadap reaksi dan sikap pasangan Prabowo-Hatta. Pasangan ini dinilai kurang 'legowo' dan tidak simpatik dalam merespon hasil resmi KPU.
Sikap tersebut, kata dia, terlihat dengan mengklaim kemenangan dari hasil //quick qount// lembaga survei abal-abal dan menarik diri dari proses rekapitulasi resmi KPU.
"Sikap mendelegitimasi KPU dan putusannya direspon negatif oleh publik," katanya dalam rilis hasil survei 'Head to Head Dukungan Prabowo-Jokowi Pasca Keputusan Resmi KPU', Kamis (7/8).
Survei dilakukan terhadap 1200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan metode //multistage random sampling// dengan //margin of error// sebesar 2,9 persen. Survei dilakukan pada awal Agustus 2014.