REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai sebagai sasaran empuk pergerakan Iraq and Syiria Islamic State (ISIS). Negara yang merdeka pada 1945 ini dinilai sebagai barometer asia tenggara khususnya, bahkan Asia pada umumnya.
Anggota komisi II DPR dari PAN, Yandri Susanto, menyatakan hal ini harus menjadi perhatian pemerintah. "Tentu langkah strategis sudah ditempuh. Pencegahan dan penindakan hukum akan dilaksanakan. Kita lihat saja," imbuhnya, di Jakarta, Kamis (7/8).
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk berhati - hati. Jangan sampai mengikuti paham dan pergerakan ISIS, karena mengancam persatuan dan kedaulatan NKRI. Wasekjen PAN ini menyatakan masyarakat sudah memiliki dasar pemahaman tentang bhineka tunggal ika. Hal ini menjadi modal untuk melawan pemahaman dan pergerakan ISIS.
Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Neta Sanusi Pane, memaparkan, posisi indonesia tak bisa diabaikan oleh jaringan teroris internasional, setelah begitu banyak aksi teror yang memakan korban di Indonesia. Artinya, jaringan teroris internasional dan kalangan ISIS menilai banyak anak-anak muda Indonesia yang berpotensi direkrut dan dikader untuk membuat kekacauan, baik di negara lain maupun di Indonesia sendiri.
Berdasarkan penelusuran IPW, didapati ISIS makin menyebar di wilayah Pamulang, Bekasi, Malang, Yogyakarta, Solo, dan sebagian Sulawesi Tengah. Bahkan ada beberapa simpatisan ISIS menjadi relawan capres-cawapres.
Menurut Neta, tokoh-tokoh pergerakan ISIS di Indonesia umumnya anak-anak muda yg usianya 50 tahun ke bawah. Mereka mencoba masuk dan menguasai kawasan kantong Islam radikal serta penyanggah kota-kota besar. Di beberapa daerah, mereka sudah membentuk khilafah daerah. Setidaknya ada tiga kelompok ISIS yang bergerak di Indonesia.
Kelompok pertama, masuk ke masjid-masjid melakukan sosialisasi, bahkan sampai ke anak-anak di Tempat Pendidikan Al Quran (TPA). Kelompok kedua, membangun jaringan ke kelompok atau komunitas anak-anak muda untuk kemudian merekrutnya. Kelompok ketiga, berusaha masuk dan menguasai bisnis limbah industri di kawasan-kawasan industri dan berusaha menancapkan pengaruh di lokasi-lokasi hiburan serta kawasan bisnis lainnya.
"Dengan banyaknya ormas keagamaan yang bersikap radikal di Indonesia, ISIS akan mendapat tempat tersendiri di kalangan tersebut," tambah Neta.
IPW menilai Polri perlu agresif mencermati manuver gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang belakangan muncul di Indonesia. "Jangan sampai kelompok politik tertentu merekrut atau berkoalisi dengan ISIS. Sebab ISIS berusaha masuk ke kantong kelompok radikal dan wilayah penyanggah kota besar," ujar Neta. Erdy Nasrul