REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan pengembang obat eksprimental untuk ebola, Mapp Biofarmasi Inc mengatakan evaluasi obat percobaan untuk menanggulangi virus ebola belum selesai dilakukan. Menurut mereka masih diperlukan penelitian terhadap pengaruh obat terhadap keselamatan manusia. Karenanya, hingga saat ini hanya sedikit obat percobaan yang tersedia.
Sebelumnya, dua petugas medis AS yang terinfeksi ebola, Kent Brantly dan Nancy Writebol dilaporkan membaik setelah diberi kesempatan untuk mencoba meminum obat tersebut.
Tetapi, kondisi itu dianggap belum benar-benar membuktikan obat percobaan, Zmap mampu mengobati penyakit ebola. Karena itu, Amerika Serikat belum mau mengirimkan obat tersebut ke Afika Barat.
Beberapa pakar kesehatan AS juga mengatakan jika belum terbukti secara pasti, maka masih diperlukan pemeriksaan lebih mendalam terhadap Zmap.
"Belum dapat dinyatakan secara pasti apakah kondisi dua pasien yang membaik dapat dikaitkan karena penggunaan Zmapp. Manfaat dan resiko dari obat percobaan ini masih harus diteliti secara hati-hati," ujar Martin Hirsch, seorang profesor dari Departemen Immunologi dan Penyakit Menular, Universitas Harvard pada //Xinhua News//, Rabu (6/8).
Sebelumnya, tiga ahli ebola terkemuka dunia meminta agar Zmap diberikan kepada para pasien di Afrika Barat. Peter Piot, David Heymann, dan Jeremy Farrar, tiga professor dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mempertanyakan mengapa obat percobaan tersebut hanya diberikan pada dua pekerja medis AS. Mereka meminta agar para pasien yang terinfeksi ebola di Afrika Barat mendapat kesempatan yang sama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan segera meminta ahli etika medis, untuk meneliti lebih lanjut penggunaan obat ekperimen Zmapp. Jika memungkinkan, Zmapp akan digunakan sebagai pengobatan darurat kepada para pasien di Afrika Barat, guna menekan jumlah korban yang meningkat. Tahun ini, sebanyak 932 orang di empat negara Afrika Barat telah tewas, juga 1711 lainnya terinfeksi.