REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Perempuan tua berkerudung itu duduk sendiri di pilar batu, di samping gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Tanpa menunjukan diri sebagai awak media, ROL menawarkan perkenalan. Si nenek mengenalkan diri bernama Yuli.
Seperti diduga, dia adalah bagian dari simpatisan pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta yang sedang berunjuk rasa di depan gedung MK, Jumat (8/8). Iseng-iseng menggoda si nenek, ROL pun bertanya apakah dia sudah mendapat 'uang transport' atau belum. Dengan wajah ragu dia menggelengkan kepala.
Setelah mengajaknya berbicang, nenek Yuli mulai bercerita. Kata dia, itu adalah kali kedua dia ikut aksi demonstrasi pendung Prabowo-Hatta. Menurut pengakuan si nenek, dalam kesempatan sebelumnya, dia mendapat Rp 200 ribu dari koordinator relawan. Kata dia, uang itu diberikan selepas aksi. Selain uang, nenek Yuli juga mendapat nasi kotak.
"Kemarin saya malah bawa pulang sepuluh dus," ujar dia dengan antusias.
Demi 'uang transport' yang menggiurkan itu, hari ini nenek Yuli kembali datang. Warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu datang berdua bersama suaminya. "Anak saya yang laki-laki juga mau ikut, tapi saya larang. Soalnya dia musti kerja, nanti bisa ada masalah kalau dia nggak masuk (kerja)," kata Nenek Yuli dengan ramah.
Nenek Yuli mengaku dia dan suami merupakan pendukung Prabowo-Hatta. Di mata nenek Yuli, Prabowo adalah pemimpin yang bisa menyejahterakan rakyat. "Kalau pak Prabowo jadi Presiden mudah-mudahan harga-harga murah seperti zaman Pak Harto (Soeharto, Presiden RI ke-2)," tuturnya.