REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya peristiwa sejarah yang terjadi di bulan Syawal harus diambil hikmahnya. Salah satunya dengan semakin bersemangat dalam menjalankan perintah Allah SWT.
“Syawal merupakan bulan peningkatan, yang tadinya bermalas-malasan ibadahnya menjadi lebih rajin, yang tadinya tidak mengerjakan sunah saat Syawal mulai dikerjakan,” ujar Direktur Lembaga Pengkajian dan Penerapan Tauhid Unida Bogor Dr Amir Mahruddin.
Latihan ibadah yang dilakukan selama satu bulan sebelumnya harus dapat diimplementasikan ketika Syawal tiba.
Syawal juga sebagai bulan menutup kekurangan. Selama bulan Ramadhan mungkin saja masih ada keburukan yang dilakukan seperti mata yang kadang tak terjaga dari hal yang haram dan kata-kata yang tak sengaja menyakiti orang.
Indikator suksesnya Ramadhan adalah ketika ibadah yang dilakukan secara istiqamah diterapkan saat Syawal tiba. “Kalau justru ibadahnya mengendur dan bermalas-malasan ini menandakan puasanya gagal ketika Ramadhan,” ujar dia.
Saat seorang bersemangat membaca Alquran kala Ramadhan, harusnya di bulan Syawal dan bulan berikutnya tetap rajin membaca Alquran.
Founder Cinta Quran dan penggiat Kajian Perkantoran Ustaz Fatih Karim mengatakan, peristiwa yang terkenal di bulan Syawal adalah terjadinya perang Hunain dan perang Uhud.
Saat perang Uhud, kekuatan umat Islam semakin bertambah. Namun, pasukan kaum Muslimin bisa dikalahkan karena tergoda rayu rampasan perang.
“Berbeda ketika terjadi perang Badar. Kaum Muslim masih sedikit namun bisa mengalahkan kaum Quraisy yang jumlahnya berlipat," paparnya. Pelajaran yang dapat diambil ketika umat Islam kalah dalam perang Uhud adalah banyaknya jumlah tak boleh menjadikan umat Islam sombong.
Padahal, kata Fatih, kemenangan perang bukan karena banyaknya pasukan, tetapi karena kedekatan umat pada Allah SWT. Seperti perang Badar di mana Allah menurunkan bantuan untuk memenangkan kaum Muslimin.
Masalah ini dapat dikaitkan kondisi saat ini. Di mana umat Islam tidak bisa bersatu mengalahkan Israel yang terus menjajah kaum Muslimin Palestina. "Umat Muslim di dunia saat ini mencapai 1,6 miliar tapi tidak bisa mengalahkan bangsa Israel yang hanya 7 juta orang," terangnya.
Ini karena umat Islam bangga dengan jumlahnya tapi belum dekat dengan Rabb-nya. Sehingga, untuk membela umat di Palestina masih terpecah belah.