Sabtu 09 Aug 2014 03:18 WIB

Garis Perjuangan ISIS Politik, Bukan Agama

Panglima TNI Jenderal Moeldoko memeriksa pesawat tempur F16 saat gelar apel siaga di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (7/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Panglima TNI Jenderal Moeldoko memeriksa pesawat tempur F16 saat gelar apel siaga di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Munculnya berbagai aliran di Indonesia patut diwaspadai. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, semua pihak hendaknya mewaspadai berbagai aliran yang muncul di Indonesia. Apalagi, belakangan muncul gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang mendapat pengikut dari Indonesia.

"Berbagai aliran macam-macam muncul, terakhir ISIS. Ini menjadi perhatian semuanya. Di Indonesia ada Syiah, dan banyak Sunni segala macam," kata Moeldoko di depan ratusan mahasiswa peserta KKN Kebangsaan di Markas Batalyon Komando 465 Paskhas, Pontianak, kemarin.

Dia menyatakan, segala aliran atau gerakan yang muncul tidak boleh mengganggu stabilitas negara. Kalau bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka aparat wajib menindaknya.

Khusus terhadap ISIS, pihaknya menaruh perhatian besar lantaran misinya ingin menegakkan sebuah negara baru. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak ikut-ikutan mendukung ISIS lantaran misinya bukan membela Islam, melainkan ingin mendirikan negara baru sesuai keinginan kelompok mereka sendiri,

"Kalau semua tumbuh di Indonesia bisa repot. ISIS berkedok Sunni, garis perjuangan konteksnya politik bukan agama, karena yang digagas berdirinya negara, berarti adalah politik," kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.

Moeldoko melanjutkan, setiap gerakan yang berpotensi menimbulkan ancaman memang harus diantisipasi sejak dini. Hal itu diperlukan agar seluruh elemen masyarakat bisa waspada terhadap upaya merongrong kedaulatan negeri ini.

"ISIS, sejak awal saya katakan, tidak boleh berkembang di Indonesia. Bendera (ISIS) menyebut nama Allah, tapi berperiaku warrior, dan unsur kekerasan yang dikedepatkan. Repot nantinya," ujar Moeldoko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement