Oleh: Nashih Nashrullah
Permintaan itu dikabulkan. Ketiganya kembali ke Rasulullah sewaktu shalat, lalu menyusul di belakangnya.
Tiba-tiba, Tsa'labah jatuh pingsan ketika mendengar Rasul membaca ayat yang berisikan tentang siksa neraka. Usai shalat, Rasul menanyakan kepada Umar dan Salman, apakah misi mereka berdua berhasil.
Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah!” Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan tubuh Tsa'labah lantas ia siuman. “Mengapa engkau menghilang dariku?” tanya Rasul. Tsa'labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!”
Rasul menimpali, bukankah ia telah mendapat pelajaran tentang ayat yang dapat menghapuskan dosa dan kesalahan. “Benar, wahai Rasulullah.” Jawabnya.
Rasulullah bersabda, “Katakan… Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.” (QS al-Baqarah [2]: 201).
Tsa'labah berkata, “Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar.”
Rasul meyakinkan, “Akan tetapi, firman Allah lebih besar.”
Singkat kata, Tsa'labah akhirnya pulang dan beberapa hari kemudian ia jatuh sakit selama delapan hari. Rasul menjenguknya dan meletakkan kepala Tsa'labah di atas pangkuannya. Akan tetapi, Tsa'labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan Rasul. Rasul terheran, dan bagi Tsa'labah perbuatannya itu sepadan karena besarnya dosa yang ia perbuat.
Rasul pun bertanya, apa keinginan Tsa'labah. Ia menjawab dosanya ingin diampuni. Jibril pun turun dan memberikan kabar gembira, bahwa dosa-dosa Tsa'labah telah terampuni.
Mendengar berita yang disampaikan Rasul dari Jibril tersebut, Tsa'labah lega dan akhirnya meninggal dunia. Rasul ikut bahagia, lantaran banyak malaikat yang melayat sahabat tercintanya itu.