REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) merupakan fenomena lama terkait gerakan radikalisme yang terus berulang dengan nama baru. Maka dari itu, langkah penyelesaiannya harus menyentuh hal fundamental.
"Sikapi ISIS dengan serius tapi rileks," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin pada Sabtu (9/8).
Din mengkritik bahwa pemberantasan radikalisme, setiap tahun selalu berulang. Caranya pun hampir sama sehingga seperti 'pemadam kebakaran". Sehingga penyelesaian masalah radikalisme, menurutnya, hanya menjangkau permukaan saja. Misalnya, penangkapan orang-orang yang disebut "sesat" atau "teroris".
Ketika isu radikalisme menyeruak, lanjut Din, beribu-ribu fatwa telah dikeluarkan. Pun telah banyak dakwah dan seruan tentang Islam yang rahmatan lil alamin sampai mulut berbusa, namun kasus radikalisme terus berulang dengan nama baru.
"Jika tak diselesaikan secara fundamental, maka kita akan terus-menerus berkumpul setiap syawal, membahas hal yang sama, terus begitu berulang-ulang," tegasnya.