Senin 11 Aug 2014 00:14 WIB

Ini Analisis Menhut Soal Industri Mebel Indonesia yang Kalah Bersaing

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Mansyur Faqih
Zulkifli Hasan
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai ekspor mebel Indonesia saat ini masih kalah bersaing dengan Malaysia dan Vietnam. Padahal, wilayah hutan produksi yang dimiliki negeri ini jauh lebih luas bila dibanding dua negara tersebut.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan beranggapan, salah satu penyebab rendahnya nilai ekspor mebel Indonesia adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menanam kembali pohon di lahan hutan produksi

"Akibatnya, pasokan bahan baku kayu dari hutan-hutan kita untuk industri mebel dalam negeri pun menjadi minim," ujar Zulkifli di sela-sela kunjungan kerja ke sentra produksi membel di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. 

Menurutnya, budaya masyarakat Indonesia untuk menanam pohon masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lahan hutan rakyat yang masih kosong karena sudah ditebangi.

Baik itu di Sumatra, Kalimantan, mau pun daerah-daerah lainnya. "Untuk itu, kesadaran masyarakat untuk menanam pohon perlu ditingkatkan lagi supaya kebutuhan bahan baku industri mebel dalam negeri ke depannya dapat terpenuhi," tuturnya.

Ia menambahkan, produksi kayu Indonesia saat ini hanya berkisar 50 jutaan meter kubik per tahun. Sementara, Finlandia yang luas negaranya tidak sampai seperlima Indonesia, mampu memproduksi kayu hingga 110 juta meter kubik per tahun. 

Padahal, hutan di sana baru bisa dipanen setelah usia pohonnya seratus tahun. "Ironisnya, pohon-pohon di Indonesia ada yang sudah bisa dipanen hanya dalam waktu lima tahun. Tapi mengapa Finlandia jauh lebih unggul? Ini karena hutan-hutan mereka tidak ada yang kosong. Semua lahan yang sudah ditebangi ditanami kembali dengan baik," papar Zulkifli.

Kemampuan ekspor Indonesia di sektor ini ternyata masih belum lagi mampu unjuk gigi dalam pentas persaingan global. Menurut data dari UN Comtrade , nilai ekspor mebel Indonesia pada 2013 lalu hanya sebesar 1,8 miliar dolar AS atau menempati posisi ke-18 dunia. 

Angka tersebut masih relatif kecil jika dibandingkan dengan kinerja ekspor mebel beberapa negara eksportir mebel dunia. Saat ini, Tiongkok masih bertengger di urutan teratas dalam daftar negara eksportir mebel dunia dengan nilai lebih dari 52 miliar dolar AS.

Vietnam berada di posisi ketujuh dunia dengan nilai ekspor mebel 5,3 miliar dolar AS. Padahal, 10 tahun lalu nilainya hanya 20 juta dolar AS. Sementara, Malaysia kini berada di urutan ke-11 dengan nilai ekspor 2,3 miliar dolar AS.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mengatakan, Indonesia masih mengimpor bahan baku furnitur dari luar negeri. Meski pun memiliki sumber daya alam yang melimpah.

"Ini seharusnya tidak boleh terjadi. Jika dilihat dari rasio luas wilayah, nilai ekpor mebel Indonesia seharusnya bisa 10 kali lipat dari Malaysia," katanya.

Karenanya, kementerian kehutanan mesti berperan lebih aktif lagi dalam mengatasi persoalan ini. Karena lembaga tersebut termasuk regulator paling menentukan dalam menjamin ketersediaan bahan baku furnitur yang diambil dari hutan produksi di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement