REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Aparat kepolisian bersama TNI dan Majelis Ulama Indonesia di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menggandeng kalangan pesantren untuk menyikapi munculnya gerakan Islam radikal "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah.
Kapolres Bondowoso AKBP M Sabilul Alif bersama Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) Letkol (Inf) Zulkarnaen Dwi Pristianto dan Ketua MUI Bondowoso KH Abdul Qodir Syam melakukan kunjungan ke kiai di pondok pesantren di kabupaten penghasil tapai tersebut, Senin.
Selain bertemu dengan kiai pengasuh pesantren, mereka juga memberi pengarahan kepada para santri yang merupakan bagian dari elemen generasi muda untuk mewaspadai berbagai gerakan kelompok radikal, namun ideologi yang berkembang di Timur Tengah itu kini sudah merambah ke Indonesia.
"Generasi muda adalah kelompok yang sangat rentan untuk dipengaruhi oleh kelompok radikal, seperti ISIS ini, sehingga perlu berhati-hati dan mawas diri. Apabila ada teman yang berbuat menyimpang dari aturan yang ada, segera laporkan kepada polisi," kata Kapolres.
Sabilul Alif meminta kepada para ulama dan umara (pemimpin pemerintahan) untuk bersatu padu membentengi masyarakat agar tidak mudah dimasuki oleh paham-paham yang bertentangan nilai-nilai Pancasila dan ketentraman yang sudah tertanam di masyarakat.
"Ulama dan umara harus selalu bergandengan tangan dalam menyelesaikan problem dan permasalahan yang ada. Tiang negara adalah akhlak sehingga apabila akhlak suatu negara hancur, maka hanya tinggal menunggu waktu saja akan kehancuran suatu negara tersebut," kata perwira polisi yang dikenal suka berkeliling menjadi khotib Jumat, sekaligus untuk menyerap keluhan masyarakat tersebut.
Menurut dia isu global mengenai ideologi radikal telah berkembang sehingga semua pihak harus ikut terlibat menyikapi hal tersebut, termasuk mereka yang berkecimpung di dunia pesantren.
Selain itu, pesantren sebagai salah satu benteng akhlak di negeri ini juga diminta ikut membendung agar paham radikal yang menjadi bibit terorisme tidak tumbuh di negeri ini.