REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dosen dan peneliti di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB menilai dampak fenomena kenaikan suhu muka lait di Samudera Pasifik yang mempengaruhi pembentukan awan hujan atau disebut El Nino terhadap sektor pertanian belum terlalu berpengaruh signifikan hingga saat ini dan dapat diminimalkan.
"Sesuai dengan prakiraan dari BMKG bahwa El nino kali ini masih lemah, sehingga belum berpengaruh terhadap sektor pertanian," kata Dr Suryo Wiyono, dosen dan peneliti di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, di Bogor, Senin (11/8).
Suryo menjelaskan, ia telah mengeliling sejumlah tempat di Pulau Jawa seperti Malang, Banyu Wangi, Bojonegoro, Klaten, Maggelang, Kerawang, Indramayu dan Bogor, hasilnya musim kemarau berjalan normal.
Meskipun musim kemarau masih berjalan normal seperti biasanya, namun fenomena El Nino sudah terjadi dengan skala lebih rendah dari biasanya, dan berpotensi terlambatnya musim hujan, atau musim kemarau berjalan lebih lama.
Fenomena El Nino memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sektor pertanian, baik tanaman padi maupun hortikultura.
Suryo menjelaskan, pengaruh langsung yang akan terjadi terhadap sektor pertanian terutama padi adalah turunnya produktifitas akibat kekeringan dan naiknya suhu.
"Pengaruh langsung lainnya adalah turunnya indek penanaman bisa, yang berdampak pada produktivitas baik padi maupun tanamna hortikultura," katanya.
Sedangkan pengaruh tidak langsung dari El Nino adalah timbulnya wabah hama dan penyakit, salah satunya Blast dan wereng coklat.
"Hama dan penyakit ini timbul karena kekurangan air, akibat kemarau yang lebih panjang atau terlambatnya musim penghujan," kata Suryo.