Selasa 12 Aug 2014 21:31 WIB

Jaga Keharmonisan Antarumat Beragama (2-habis)

Rep: Amri Amrullah/ Red: Chairul Akhmad
Puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil untuk Toleransi melakukan aksi damai memperingati hari toleransi Internasional di Bundaran HI, Jakarta.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil untuk Toleransi melakukan aksi damai memperingati hari toleransi Internasional di Bundaran HI, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Hidup bertoleransi adalah sebuah keniscayaan di tengah masyarakat Islam yang sangat majemuk. Hal ini seperti yang diteladankan oleh para rasul, termasuk Muhammad SAW.

Arif berharap, pluralitas bukan semata terhenti pada tataran akidah, melainkan juga pada sikap saling menghargai perbedaan dalam berinteraksi di kehidupan sosial.  

Ketua Salam Universitas Indonesia (UI) Faridz Abdillah memandang kasus intoleransi yang terjadi di Yogyakarta kenyataannya telah melanggar hak asasi manusia untuk menjalankan ibadah dan keyakinan.

Ia menegaskan, harus ada tindakan hukum yang keras terhadap pelaku kekerasan tersebut. Ia meminta agar tidak menggeneralisasi ulah oknum yang mengatasnamakan agama tersebut adalah representasi agama tertentu. “Jangan digeneralisir,” ujarnya.

Secara tegas ia menyesalkan pelaku kekerasan yang membawa simbol agama, seperti Islam. Karena, justru Islam hadir di masyarakat harus menjadi penyejuk dan rahmat. Inilah tujuan dakwah Islam, tapi kenyataanya tujuan dakwah itu belum sepenuhnya terealisasi dengan baik.

Ia berasumsi, umat Islam saat ini hanya sibuk mengagungkan kelompok dan komunal masing-masing. Ini berakibat pada terabaikannya pesan damai Islam di masyarakat. Faridz berharap pemuda Muslim dapat mengevaluasi diri, paradigma dan perilaku agar tetap toleran, serta menghargai dan menjaga keharmonisan kepada semua umat beragama.

Tak lupa, ia mengajak pemuda dan mahasiswa Muslim tetap bekerja sama dalam forum keagamaan. Namun, ia menekankan bukan pada kerja sama keimanan, melainkan hal yang lebih bersifat sosial kemasyarakatan.

Dengan demikian, setiap generasi muda bisa menempatkan diri, bersikap toleran, dan menghargai perbedaan yang ada. Ini bisa menghilangkan sikap merasa paling benar, baik dari berbeda agama walaupun dalam satu agama yang sama.

Khusus bagi generasi muda Muslim, Faridz juga mengajak mengevaluasi metode dakwah yang bukan hanya sebatas simbol, melainkan juga menyentuh substansi. Metode dakwah Islam membawa pesan perdamaian dan kasih sayang bagi semua. “Tidak memaksa dengan kekerasan dan merusak citra Islam," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement