REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Nelayan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, harus rela mengantre hingga hampir sepekan untuk memperoleh pasokan solar bersubsidi menyusul adanya pengurangan kuota solar oleh Pertamina.
Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Pekalongan, Rastono di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa pengurangan kuota solar menimbulkan gejolak pada para nelayan karena mereka mulai kesulitan mendapatkan bahan bakar itu.
"Kami hanya bisa ikut kebijakan saja, mau usul apa juga susah. Jika tidak ada solar maka nelayan tidak berangkat melaut tetapi dampaknya bisa menimbulkan kerawanan karena mereka tidak bekerja," katanya.
Menurut dia, jika harga solar naik maupun jumlahnya berkurang maka akan memangkas bagian lainnya, termasuk perbekalan karena mereka harus membeli solar nonsubsidi.
"Jika nelayan sudah bersiap berangkat melaut tetapi perbekalan solar tidak tersedia maka mereka bisa emosi. Hanya saja, meski para nelayan harus mengantre tetapi stok solar masih relatif cukup," katanya.
Manajer Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan KUD Makaryo Mino, Musa'at mengatakan adanya pemotongan kuota solar berdampak stok solar nelayan terancam tidak terpenuhi.
"Saat ini sudah ada puluhan kapal mengantre dengan jumlah total kebutuhan nelayan terhadap solar sebanyak 829 kiloliter sedangkan ketersediaan bahan bakar itu hanya 760 kiloliter," katanya.
Menurut dia, meski kuota solar berkurang, tetapi hingga kini belum menimbulkan gejolak pada nelayan karena mereka banyak yang tidak berangkat melaut.
"Pelaksanaan Pemilihan Presiden 2014 dan Lebaran, banyak para nelayan tidak melaut sehingga stok solar pada bulan sebelumnya masih tersisa," katanya.