REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris berencana menangguhkan aktivitas ekspor senjatanya ke Israel jika negara tersebut terus melanjutkan serangan ke Gaza. Inggris khawatir produk buatannya digunakan oleh Angkatan Pertahanan Israel (IDF).
Sekretaris Departemen Bisnis Inggris, Vince Cable mengatakan pemerintah akan mengidentifikasi setidaknya 12 lisensi komponen senjata yang diekspor ke Israel. Lisensi itu termasuk peralatan untuk radar militer, pesawat tempur, dan tank.
"Kami mendukung gencatan senjata di Gaza saat ini dan berharap hal itu akan menimbulkan resolusi damai. Namun, pemerintah Inggris belum bisa menjelaskan lebih lanjut tentang lisensi ekspor tersebut. Yang jelas, kami sudah mengambil keputusan untuk menangguhkan ekspor sementara," kata Cable, dilansir dari the Guardian, Rabu (13/8).
Hal itu berarti Inggris tak mengeluarkan izin baru untuk ekspor senjata militer ke Israel selama periode tertentu. Penangguhan ini akan berlanjut sampai Israel menghentikan serangannya.
Suspensi ekspor senjata ini melewati perdebatan sengit di parlemen dan koalisi pemerintahan Inggris. Apalagi, pejabat senior Kementerian Luar Negeri Inggris, Lady Warsi yang juga Muslim langsung mengundurkan diri dari posisinya sebagai Menteri Luar Negeri.
Ia menilai Perdana Menteri Inggris David Cameron gagal untuk mengambil keputusan yang tegas atas sikap Inggris menanggapi serangan Israel ke Gaza. Warsi mengutuk serangan Israel ke Gaza. Dalam surat pengunduran dirinya kepada Cameron, Warsi mengatakan pendekatan pemerintah Inggris yang hanya berupa verbal dan bahasa selama konflik sebulan di Gaza tidak bisa dipertahankan secara moral.
Inggris telah memberikan lisensi ekspor kepada 131 produsen senjata pertahanan di Inggris sejak 2010, termasuk komponen untuk drone, radar militer, dan kendaraan lapis baja. Sebagian besar ekspor meliputi perangkat lunak kriptografi dan peralatan komunikasi militer.