Rabu 13 Aug 2014 13:46 WIB

Penduduk Surga Pun Menyesal di Akhirat

Rep: Hannan Putra/ Red: Erik Purnama Putra
Jamaah Haji asal Turki memotret Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah, Senin (28/10).
Foto: Yogi Ardhi
Jamaah Haji asal Turki memotret Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah, Senin (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Imam Thabrani dalam Hadis Hasan Shahihnya pernah menulis sepenggal kisah tentang surga. Surga digambarkan mempunyai tingkatan-tingkatan yang luasnya seluas langit dan bumi.

Suatu kali, setetes minyak harum dari seorang penduduk surga yang berada di atas jatuh menetes ke surga yang ada di bawahnya. Kejadian itu menghebohkan seisi surga yang ada di bawah. Pasalnya, aroma harum dari setetes minyak harum tersebut mengalahkan wangi-wangian seisi jagad di surga bawah itu. Penduduk surga yang ada di bawah bertanya-tanya, dari manakah wangi harum itu? Semerbak wangi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Dijawablah oleh malaikat penjaga surga, aroma yang sangat harum itu berasal dari tetesan minyak wangi dari seorang penduduk surga yang tinggal di atas mereka. Penduduk surga bawah itu pun makin penasaran, apa yang membuat orang tersebut bisa memasuki surga yang ada di atasnya? Betapa mulianya orang itu, hingga ditempatkan di surga yang ada di bagian atas.

Malaikat pun menjawab. Amal ibadah si pemilik parfum itu pada dasarnya sama dengan orang-orang yang ada di surga bagian bawah. "Namun bedanya, si pemilik parfum itu memiliki zikir yang lebih banyak dari engkau sebanyak satu kali. Maka ia pun ditempatkan di surga yang lebih tinggi," lanjut malaikat itu.

Saat itu, penyesalanlah yang meliputi penduduk surga yang di bawah. Mereka menyesal, mengapa sewaktu di dunia mereka menyia-nyiakan waktu. Andaikan saja, mereka mau lebih banyak untuk berzikir dan beribadah, tentu mereka bisa ditempatkan di surga yang lebih tinggi.

Di Akhirat, penyesalan tidak hanya datang dari penghuni neraka saja. Hadis Riwayat Thabrani ini membuktikan, penduduk surga sekalipun akan menyesali diri di dalam surga. Mereka menyesal, mengapa tidak menyibukkan diri dengan ibadah.

Mereka menyesal tidak disibukkan dengan urusan-urusan akhirat, kerja-kerja positif, ibadah, serta hal-hal kebaikan. Mereka beranggapan, mereka telah meremehkan akhirat yang saat itu mereka rasakan betapa besar nilainya.

Hadis ini juga menunjukkan, betapa besar nilai sebuah zikir di hadapan Allah dan mendapat ganjaran yang besar. Dalam hadis lain disebutkan, "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, tapi berat timbangannya (di Akhirat). Kalimat itu adalah, 'subhanallahi wabihamdihi' dan subhanallahil 'azhimi'." (HR Bukhari).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement