Rabu 13 Aug 2014 19:12 WIB

Kunjungan John Mc Cain Dianggap Hal yang Biasa

Rep: c83/ Red: Joko Sadewo
Dewi Fortuna Anwar
Dewi Fortuna Anwar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar Mengatakan kedatangan senator AS, John Mc Cain ke Indonesia merupakan hal yang biasa.

"saya kira kunjungan tersebut merupakan sesuatu yang biasa saja dan tidak ada yang terlalu istimewa," ujar Dewi Fortuna saat dihubungi Republika Online (ROL) Rabu (13/8).

Ia menjelaskan, sebelum melakukan kunjungan ke Indonesia, John Mc Cain telah terlebih dahulu mendatangi Australia sehingga kedatangannya ke Indonesia hanya bagian dari agenda kunjungan semata.

Ia juga mengatakan, dalam kunjungan tersebut, John Mc cain sangat pantas disambut oleh Pimpinan MPR dan Presiden SBY. Hal tersebut dikarenakan, Mc Cain merupakan senator senior AS dan memiliki pengaruh cukup besar untuk kebijakan luar negeri.

Adapun terkait hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut, Ia menjelaskan bahwa SBY dan Mc Cain membahas tiga topik besar. Di antaranya perebutan wilayah di Laut cina Selatan, konflik Timur tengah, dan proses jalannya pilpres Indonesia beberapa waktu lalu. 

"Pembahasan keamanan asia pasifik yaitu tentang perebutan wilayah laut cina selatan dan tentang bagaimana peningkatan keamanan di daerah tersebut," katanya.

Adapun untuk pembahasan seputar timur Tengah ia mengatakan Konflik Gaza dan ISIS menjadi pembahasan penting dalam pertemuan ini. Hal tersebut dikarenakan  berkaitan dengan nasib penduduk muslim dunia.

"Dalam pembahasan ini, saya rasa AS memiliki pandangan yang sama dengan beberapa negara di dunia yaitu mengecam dan mengkrtik konflik Gaza mapun serangan ISISI dan Indonesia sendiri kemungkinan juga menyampaikan sikapnya kepada senator AS," paparnya.

Selain itu, untuk proses jalannya pilpres. Ia meniai pembahasan hanya seputar  jalannya pilpres beberapa waktu lalu."Pembahasan bersifat umum dan saya rasa Mc Cain memuji pemilu Indonesia karena berlangsung sesuai prosedur demokrasi dan damai," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement