Oleh: Fuji Pratiwi
Fase Sastra Arab Islam
Awal Islam-Dinasti Umayyah (1-132H /622-750M)
Muncul Prosa Rasional, Khitabah. Karakternya mempertahankanorisinalitas dan pokok-pokok struktur Arab klasik Ilmu Balaghah sebagai kritik sastra formalisme. Khalifah Islam- Fanatisme agama Dinasti Muawiyah
Pertengahan (132-656H/750-1258M)
Kekuasaan Daulah Abbasiyyah (Era Kejayaan). Munculnya genre baru seperti novel dan cerita. Ideologi politik Arab (Damaskus)-ke Persia (Baghdad). Pengalihan bahasa.
Era Kemunduran (656-1220H /1258-1822M)
Ini dimulai dari kemunculan dinasti-dinasti kecil. Kesusastraan Islam mulai redup hingga Dinasti Ottoman.
Modern Pertengahan Abad ke-19 (1213-1312H /1798-1900M)
Muncul drama, prosa klasik dan modern. Puisi Neoklasik, (al-Muhafidzun).
Gerakan Pembaruan Barat (Madrasah Diwamn). Madrasah Al-Muhajir. Madrasah Al-Mujaddidun. Madrasah Al-Mughaaliinu.
Periodesasi Sastra Islam Nusantara:
Awal (abad 14-15 M)
Terjemahan dan saduran karya-karya Arab dan Persia ke dalam bahasa Melayu. Pada umumnya ditulis untuk kepentingan pengajaran dan penyebaran agama. Terutama, epos Arab Persia seperti Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Muhammad Ali Hanafiya.
Pada masa ini, puisi beberapa penyair, seperti Ma'arri, Umar Khayyam, Attar, Sa'di, dan Rumi juga telah muncul terjemahannya dalam bahasa Melayu.
Peralihan (akhir abad ke-15-pertengahan abad ke-16 M)
Melayunisasi hikayat-hikayat Arab dan Persia, pengislaman kisah-kisah warisan zaman Hindu, dan penulisan epos lokal serta historiografi. Syair-syair tasawuf, agiografi sufi, dan alegori-alegori mistik mulai ditulis pada zaman ini.
Di antara alegori mistik terkenal ialah Hikayat Burung Pingai, yang merupakan versi Melayu dari Manthiq at-Thayr (Musyawarah Burung) karya penyair sufi Persia Farid al-Din al-Attar (w 1220 M).
Klasik (akhir abad ke-16-awal abad ke-18)
Kesadaran pengarang Melayu untuk membubuhkan nama diri dalam karangan yang ditulisnya. Syair-syair tasawuf dan karya bercorak sufistik lain kian banyak dilahirkan dalam periode ini, begitu juga epos, karya sejarah, dan roman yang lebih orisinal. Orisinalitas karya penulis Melayu pada periode ini tampak, terutama dalam syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri.
Akhir (pertengahan abad ke-18-awal abad ke-20)
Tidak banyak pembaruan dilakukan pada zaman ini. Namun, zaman ini melahirkan penulis-penulis kitab keagamaan dan historiografi terkemuka, seperti Abdul Samad al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari, Kimas Fakhrudin, Sultan Badruddin, Nawawi al- Bantani, dan Raja Ali Haji.