Kamis 14 Aug 2014 15:38 WIB

Soal Budak Seks ISIS, HTI: Itu Hoax

Rep: c92/ Red: Mansyur Faqih
Warga Irak mengungsi setelah Amerika Serikat menyerang militan ISIS di Irak.
Foto: Anadolu Agency
Warga Irak mengungsi setelah Amerika Serikat menyerang militan ISIS di Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengatakan poster iklan budak seks ISIS yang tersebar melalui media sosial sebagai hoax atau bohong belaka. Ia menilai, iklan itu fitnah yang sangat keji untuk HTI.

"Fitnah kalau mengatakan HTI adalah bagian dari ISIS. Bisa dicek di website HTI. Di situ HTI sudah menyatakan dengan jelas bahwa HTI menolak ISIS," kata juru bicara HTI Ismail Yusanto saat dihubungi ROL, Kamis (14/8).

Dalam situs resminya, HTI melansir beberapa artikel tentang penolakan terhadap ISIS. Penolakan karena ISIS dianggap tak memenuhi empat kriteria utama pendirian khilafah Islam. 

Pertama, khilafah Islam harus terlebih dahulu menguasai satu wilayah otonom, dan bukan berada di bawah sebuah negara. Sementara ISIS, sebagian ada di Irak dan sebagian ada di Suriah.

Kedua, keamanan ISIS tidak sepenuhnya berada di tangan Muslim. Keamanan ISIS, sebagian berada di pemerintahan Irak dan sebagian ada di Suriah. 

Ketiga, ISIS terlihat tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan syariat Islam secara sempurna atau kaffah. Misalnya, ISIS tak pernah menawarkan sistem politik, ekonomi, dan lain-lain.

Keempat, pengangkatan pemimpin ISIS tidak memenuhi syarat pengangkatan seorang khilafah. Seperti baligh, berakal, Muslim, mampu, dan lain-lain. Terbukti juga, banyak ulama ternama menolak ISIS.

Sebelumnya beredar poster ajakan untuk menjadi budak seks ISIS. Poster itu disebar melalui media sosial dan mencatut nama UIN Syarif Hidayatullah, HTI, PKS, FAKSI, dan FPI. 

"Lowongan budak seks. Pemuas birahi mujahidin. Menghibur dan memberikan semangat mujahidin yang sedang memerangi kafir. Dijamin masuk surga," tulis iklan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement