Oleh: Hannan Putra
Setelah digembleng menjalani audisi dai muda, ia banyak mendapatkan hikmah dan pelajaran dari para asatiz.
Seperti nasihat dari Ustaz Bachtiar Nasir yang selalu ia ingat bahwa esensi dakwah yang sebenarnya bukanlah apa yang keluar dari lisan, melainkan apa yang tecermin dari perbuatan sehari-hari.
Seorang dai haruslah menempatkan dirinya sebagai pelayan umat, bukan malah yang minta dilayani oleh umat.
Ketika ditanya soal motivasinya menjadi mubalighah, dengan mantap ia menjawab ingin menyambut panggilan Allah seperti yang tertera dalam Alquran surah al-Imran ayat 104 dan Luqman ayat 17. "Dalam ayat itu kita diwajibkan menjadi penyeru pada kebaikan, menyuruh pada yang makruf, dan mencegah daripada yang mungkar," tuturnya.
Menurut Tsani, seorang Muslim wajib hukumnya untuk berdakwah sesuai dengan posisi dan cara masing-masing. Ada yang berdakwah melalui ceramah, tulisan, media sosial, dan lainnya.
Hal terpenting adalah berdakwah dengan memberikan teladan dengan akhlak yang Islami kepada masyarakat. "Cara orang berdakwah berbeda-beda. Rasulullah mengajarkan dakwah dengan lisan, perbuatan, dan hati," ujarnya.
Alangkah baiknya seorang mubaligh mengoptimalkan peluang-peluang dakwah yang ia miliki. Tsani sendiri, selain aktif berceramah, ia pun mencoba mencari cara lain dalam berdakwah seperti melalui tulisan.
"Sekarang saya menulis buku yang berjudul, Lentera Surga, buku ringan namun insya Allah penuh pelajaran yang dapat dipetik," tuturnya sembari mengisahkan isi buku tersebut merupakan peristiwa dan hal-hal menarik yang ia alami selama menjadi juru dakwah.
Selain itu, motivasi Tsani dalam berdakwah ialah untuk memperbaiki diri sendiri. Menurutnya, dengan mengingatkan orang lain berarti juga mengingatkan dirinya sendiri dengan ceramahnya.
"Kita sampaikan dan amalkan sebuah ilmu, maka ilmu itu akan Allah tambah. Itulah indahnya mengamalkan ilmu, bukan berkurang, tapi bertambah. Di samping itu, menjadi pengingat dan benteng bagi diri saya sendiri," paparnya