Kamis 14 Aug 2014 18:15 WIB

Ini Kriteria Menag dan Mensos Ideal

Red: Erik Purnama Putra
Menteri Agama Lukman Hakim (kiri)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Menteri Agama Lukman Hakim (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jokowi sudah membentuk Tim Transisi untuk menyeleksi daftar kandidat yang layak masuk kainet periode 2014-2019. Peneliti The Habibie Center, Bawono Kumoro mengingatkan, ada dua kementerian yang perlu mendapat perhatian publik, yaitu Kemenag dan Kemensos.

Khusus untuk Kemenag, kata dia, tidak bisa diabaikan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk. “Kementerian Agama menjadi garda depan dalam memelihara kebhinekaan. Kementerian sosial menjadi tumpuan untuk mengatasi masalah sosial-kemanusian,” kata Bawono kepada wartawan, Kamis (14/8).

Menurut Bawono, di bidang kehidupan beragama, muncul masalah yang tak bisa dianggap remeh, yakni menguatnya paham radikal serta kian menjamurnya perilaku tak toleran. Hal itu kalau dibiarkan akan menjadi ancaman bagi kebhinekaan beragama di Tanah Air.

Posisi menteri agama (Menag), lanjut Bawono, harus dijaat oleh sosok yang memiliki semangat kebhinekaan. Karena itu, orang tersebut harus bersikap maupun bertindak inklusif dan siap berdialog dengan siapapun. "Saya kira sosok, seperti Lukman Hakim Saifuddin, merupakan gambaran menteri agama yang mendekati ideal," nilai Bawono.

Lulusan Fisip UIN Syarif Hidayatullah tersebut mengatakan, selayaknya Lukman dipertahankan, Meski berstatus politikus PPP, menurut dia, Lukman bisa melepaskan atribut partainya yang berada di kubu Prabowo-Hatta.

Adapun, keberadaan Kemensos tidak bisa dipandang remeh. Itu lantaran Indonesia termasuk negara rawan bencana. Masalah lain yang perlu diatasi adalah kesenjangan sosial yang semakin melebar.

 

Lalu sosok seperti apa yang layak dan ideal menjadi menteri sosial (Mensos)? “Kementerian Sosial sebaiknya bukan lagi menjadi jatah politik bagi partai koalisi pendukung sebagaimana terjadi selama ini," katanya.

Artinya, kata Bawono, calon mensos adalah orang yang relatif bebas dari atribut dan kepentingan parpol. Dia khawatir, kalau diambil dari seorang politikus malah kinerjanya hanya demi kepentingan parpol dan kelompoknya saja. "Harus dicari figur mengerti masalah-masalah sosial kita," katanya.

Selain mengerti masalah sosial, lanjut Bawono, seorang mensos juga harus orang yang memang punya jiwa berbagi dan punya semangat kemanusiaan yang tinggi. Sehingga, yang terpilih harus jauh dari kriteria orang yang mencari popularitas dari jabatannya.

 

"Saya kira, bila memiliki pengalaman filantropis itu jauh lebih baik. Filantropisme akan jadi jiwanya saat ia bekerja sebagai menteri sosial," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement