Jumat 15 Aug 2014 23:45 WIB

Pakar UI: Perlu Ada Kementerian Khusus Kebudayaan

Mahasiswa Indonesia asal Aceh menampilkan tari saman pada perayaan Hari kebudayaan Indonesia (Indonesischer Kulturtag) di Koeln, Jerman.
Foto: Foto-foto: Dinaroe
Mahasiswa Indonesia asal Aceh menampilkan tari saman pada perayaan Hari kebudayaan Indonesia (Indonesischer Kulturtag) di Koeln, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kebudayaan dari Universitas Indonesia Bambang Wibawarta menilai perlu ada kementerian khusus yang menangani kebudayaan untuk mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

"Kementerian kebudayaan penting dibuat karena saat ini kebudayaan masih terpinggirkan karena dia berkaitan erat dengan berbagai bidang seperti kesehatan, lingkungan, pendidikan dan ekonomi," kata Bambang di Jakarta, Jumat (15/8).

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI itu mengingatkan bahwa kebudayaan bukan hanya berkaitan dengan kesenian semata namun juga berbagai sisi dan bidang, contohnya pada bidang ekonomi, kebudayaan bisa menghasilkan kesejahteraan dengan pengembangan industri kreatif.

"Lalu Indonesia memiliki budaya yang berbenda (tangible) dan budaya takbenda (intangible) yang ranahnya besar. Ada juga potensi budaya yang diklaim negara lain, bagaimana kita menjaganya," ujar dia.

Bambang mengkritik bahwa saat ini makna kebudayaan dipersempit pada kesenian saja sehingga mengerdilkan maknanya, padahal kebudayaan juga menanamkan nilai-nilai jati diri bangsa.

"Misalnya bagaimana menanamkan pola hidup sehat masyarakat yang selama ini belum mendapatkan porsi cukup. Berapa persen anggaran kementerian untuk kebudayaan dalam mengelola dan memanfaatkan keberagaman Indonesia," ujarnya.

Dia menilai saat ini kebudayaan Indonesia hanya bersifat dilindungi namun belum dikembangkan dan dimanfaatkan. Menurut dia, makna kebudayaan di kementerian sifatnya masih menempel namun tidak bisa berkembang.

"Kurikulum seharusnya bisa jadi akar kebudayaan kita," tegasnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement