REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kepala badan pengawas atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA) akan bertandang ke Iran Ahad (17/8) menjelang berakhirnya tenggat 25 Agustus bagi Teheran dalam menjawab tuduhan-tuduhan lama soal upaya membangun persenjataan nuklir.
Pembahasan soal klaim-klaim tersebut, yang telah sekian lama dibantah oleh Iran, akan menjadi elemen penting dalam perjanjian komprehensif soal program nuklir Teheran yang ingin dicapai Iran serta negara-negara kuat dunia pada 24 November.
Dalam pernyataan singkatnya, Jumat (15/8), Badan Energi Atom Internasional (IAEA), tidak memberikan rincian soal apa yang sebenarnya akan dibahas oleh kepala IAEA Yukiya Amano dengan para pemimpin dan pejabat Iran. Badan pengawas atom yang berpusat di Wina itu hanya mengatakan bahwa kunjungan Amano, yang merupakan pertama kalinya sejak November, merupakan bagian dari upaya untuk memajukan dialog serta kerja sama dengan Iran.
Kunjungan itu dilangsungkan tak lama menjelang tenggat 25 Agustus bagi Iran untuk memberikan informasi kepada IAEA gunas menjernihkan sedemikian banyaknya tuduhan di masa lalu serta kemungkinan berjalannya penelitian menuju pengadaan senjata nuklir oleh republik Islam tersebut.
Dua masalah, yang merupakan bagian dari lusinan aspek dari dugaan kegiatan yang dijalankan oleh Iran sebelum 2003, berada di bawah sorotan IAEA seperti yang dituangkan dalam laporan utamanya yang dikeluarkan pada November 2011. Hingga kini, Iran membantah semua tuduhan itu dan menganggapnya sebagai tuduhan yang didasarkan pada informasi intelijen keliru yang diberikan oleh lembaga-lembaga seperti Badan Intelijen Pusat AS (CIA) serta Mossad Israel.
Sejumlah analis juga mempertanyakan beberapa pernyataan IAEA serta apakah badan yang berpusat di Wina itu memiliki kekuatan hukum untuk melangsungkan penyelidikan.