REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Sebuah pameran seni kertas siap pakai di Tasmania berusaha mengeksplorasi keengganan masyarakat untuk membicarakan kematian.
Seniman kertas asal Wynyard, Ricthie Ares Dona, menciptakan karyanya dari lembaran buku bekas. “Saya membuat baju dari kertas untuk orang mati,” tuturnya, belum lama ini.
Karyanya, yang bertajuk ‘Eulogy’, terinspirasi dari pesan terdalam warga Tasmania yang telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai. “Beberapa dari mereka menulis surat, beranda-andai bahwa mereka yang meninggal masih hidup. Beberapa yang lain membuat pengakuan,” urai Ricthie.
Ini adalah bagian dari pameran berjudul “Busana Kertas untuk Pemakaman” yang puncaknya akan digelar bulan Desember.
Jenny Fuller dari Asosiasi Penyembuhan Pasien dan Perawatan Paliatif berharap agar gelaran ini mampu memicu sejumlah pembicaraan penting. “Kami berusaha untuk membuat masyarakat berbicara dengan lebih nyaman seputar kematian, Pameran ini dimulai di Burnie dan akan keliling negara bagian Tasmania mulai tahun depan.
Acara ini terinspirasi oleh desainer asal Melbourne, Pia Interlandi, yang membantu warga membuat pakaian untuk acara penguburan mereka sendiri. “Sebagian yang saya lakukan adalah ritual, dan sebuah momen yang terjalin erat dalam kehidupan mereka. Saya merasa sangat gugup,” aku Pia.
Kurator Kitty Taylor mengatakan, penggunaan kertas sebagai materi busana memiliki signifikansi yang besar.
“Kertas itu rapuh, seperti halnya hidup, dan kami sangat menyukai hubungan keduanya. Dan proses yang dapat kita lakukan untuk memperkuat kertas, ada pula analogi serupa yang menarik terkait kehidupan. Beberapa orang benar-benar membuat sendiri pakaian mereka, jadi bisa anda bayangkan itu adalah pengalaman yang cukup emosional,” tuturnya.