REPUBLIKA.CO.ID, FERGUSON -- Gubernur Missouri, Jay Nixon mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam di Ferguson, St. Louis, Sabtu (16/8).
Meski diguyur hujan lebat dan petir, ratusan warga berunjuk rasa, Sabtu (16/8) malam, di jalan raya yang menjadi lokasi penembakan seorang remaja kulit hitam Michael Brown (18 tahun). Tampak kehadiran pasukan keamanan lebih banyak dibandingkan malam sebelumnya.
Polisi mengawasi demonstrasi warga. Beberapa di antaranya melengkapi diri dengan tameng. Warga menuntut polisi yang menembak mati Brown dikenai pasal pembunuhan.
Berbagai komunitas kulit hitam meminta warga mematuhi jam malam. Jam malam diberlakukan mulai Sabtu pukul 24.00 hingga Ahad pukul 05.00 waktu setempat.
Saat mengumumkan jam malam, Nixon mengatakan meski banyak pendemo yang berunjuk rasa dengan damai, negara tidak akan mengizinkan penjarah membahayakan masyarakat.
"Saya berkomitmen memastikan perdamaian dan keadilan ditegakkan. Pertama-tama, kita harus mempunyai dan menjaga perdamaian. Ini adalah ujian. Dunia memperhatikan," ujar Nixon dalam konferensi pers di sebuah gereja, Sabtu (16/8).
Keadaan darurat memungkinkan gubernur memiliki kekuasaan luas. Namun, Nixon belum mengindikasikan rencana lain selain jam malam. Patroli jalan tol akan mengawasi jalannya jam malam.
Seorang perawat Darrell Alexander (57 tahun) dari Florissant, Missouri khawatir jam malam justru akan menimbulkan kemarahan dan lebih banyak kekerasan. "Saya pikir keputusan tersebut berlawanan untuk tidak membiarkan warga mengekspresikan pendapat. Ini reaksi yang berlebihan," katanya.
Jam malam diberlakukan menyusul ketegangan yang terjadi Jumat malam. Pada hari itu, polisi setempat mengidentifikasi polisi yang menembak Brown adalah Darren Wilson.
Polisi merilis dokumen dan tayangan video yang menampilkan Brown yang diduga tengah merampok sebuah toko swalayan sebelum dia ditembak.
Polisi mengatakan Wilson tidak menyadari Brown adalah tersangka ketika dia menjumpai Brown di jalan sedang berjalan bersama seorang temannya. Nixon mengatakan Departemen Hukum sedang melakukan penyelidikan hak sipil atas penembakan itu.
Kepala Patroli jalan Tol Missouri kapten Ron Johnson yang bertanggung jawab atas keamanan di Ferguson mengatakan 40 agen FBI akan meminta keterangan warga yang melihat atau mempunyai informasi mengenai penembakan. Mereka bergerak dari rumah ke rumah.
Johnson memastikan polisi tidak akan menerapkan jam malam dengan kendaraan bersenjata dan gas air mata. Polisi akan berkomunikasi dengan pengunjuk rasa dan memberi mereka kesempatan untuk pergi.
Kematian Brown memicu kerusuhan selama beberapa hari. Sejumlah warga mengatakan aksi kekerasan dilakukan warga yang berasal dari wilayah lain.
"Siapa yang ingin membakar halamannya sendiri? Mereka bukan berasal dari sini. Mereka datang untuk menghancurkan kota kami dan pergi," ujar seorang warga Rebecca McCloud.
Petugas setempat dikritik karena menggunakan gas air mata dan peluru karet terhadap pendemo awal pekan lalu. Johnson mengatakan sebuah gas air mata dilempar setelah massa tidak terkendali dan sejumlah petugas terjebak dan terluka.
Wilson, petugas yang menembak Brown, adalah seorang polisi veteran selama enam tahun yang tidak pernah mendapatkan keluhan. Departemen Polisi Ferguson menolak mengatakan apapun tentang keberadaan Wilson. Alamat dan nomor kontak di St. Louis dengan nama Wilson juga tidak bisa dihubungi. Sejak penembakan, Wilson cuti.