REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencurigai sejumlah titik yang diduga menjadi titik berkembanganya kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia. Aparat TNI dan kepolisian masih melakukan proses investigasi terkait wilayah tersebut.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengatakan gerakan dari aliran ini memang belum terlihat secara sistematis dan masif. Namun, sejumlah daerah perlu dicurigai karena tersebar simbol beredarnya gerakan ISIS.
“Tidak banyak, namun ada di beberapa daerah, itu juga belum tentu ISIS. Aparat masih melacaknya,” kata Gamawan kepada Republika Online, Ahad (17/8).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, ISIS terbentuk pada April 2013, cikal bakalnya berasal dari Al Qaeda Irak dipimpin Abu Bakar Al-Baghdadi. Pada pertengahan tahun tersebut, banyak WNI kunjungi Irak dan Suriah.
Kemudian, pada 20 Juni 2014, kelompok yang menyebut dirinya Ansharul Khilafah Jatim mendeklarasikan dukungan kepada ISIS. Kemudian satu bulan setelah itu, juga ada deklarasi dukungan di Surakarta.
Belum lama ini pada 4 Agustus, kelompok pendukung ISIS sepakat mengganti ISIS menjadi Suriyah Indonesia Lan Iraq (SILIR), dengan tujuan agar mudah diingat. Pada 8 Agustus lalu, sejumlah atribut ISIS juga bermunculan di Jambi.
Dirjen Kesbangpol Kemendagri, Tanri Bali Lamo menambahkan langkah antisipasi yang telah dilakukan antara lain, memberikan penjelasan kepada tokoh masyarakat dan agama. Diskusi juga diadakan untuk memberikan informasi.
“Kami juga memonitoring aktifitas narapidana teroris dan media sosial yang diduga menjadi alat penyebaran ajaran ISIS,” ujar Tanri.
Pemerintah sendiri berupaya mencegah berdirinya perwakilan ISIS dengan melaukan pemblokiran terhadap situs serta media penyebaran paham tersebut. Kepala daerah diminta waspada dan lakukan komukasi berjenjang.