Selasa 19 Aug 2014 16:51 WIB

Investasi di Tambang Batubara, Universitas Sydney Dikecam

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYLangkah UniDNEY -- versitas Sydney Australia menanamkan modal 1 juta dolar pada bisnis tambang batubara menuai kecaman. Alasannya, kebijakan tersebut dinilai bertentangan dengan kebijakan etis universitas.

Investasi dilakukan dalam perusahaan tambang Whitehaven Coal yang ditentang oleh warga setempat karena dikhawatirkan mencemari lingkungan sekitar di daerah Boggabri di negara bagian New South Wales.

Tambang tersebut mulai beroperasi pekan lalu setelah serangkaian protes dari masyarakat awal tahun ini. Investasi Universitas Sydney di tambang tersebut dikecam Serikat Pekerja Pendidikan Tinggi, Serikat Pekerja Universitas Sydney, Greenpeace dan komunitas aborigin.

"Universitas Sydney mempromosikan diri sebagai institusi yang perduli lingkungan dan etis," kata jurubicara Greenpeace, Nikola Easule, baru-baru ini.

"Kami menuntut rektor untuk melepas seluruh saham universitas di perusahaan tambang batubara itu."

Duncan Paterson dari Corporate Analysis Enhanced Responsibility (CAER) menjelaskan, saat ini kalangan universitas didesak untuk meninggalkan investasi di bidang bahan bakar fosil.

Menurut dia, universitas menanamkan saham di Whitehaven, karena ingin mendapatkan keuntungan besar.

Universitas Sydney merilis pernyataan yang menyebutkan pihaknya sangat serius mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan tanggung jawab sosial.

"Kami selalu melakukan evaluasi guna memastikan tanggung jawab sosial, lingkungan hidup sejalan dengan tanggung jawab kami terhadap mahasiswa, staf dan kalangan donor," demikian pernyataan itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement