Oleh: Hannan Putra
Selain dengan peran dakwahnya, dokter Muslim kini banyak yang terjun sebagai relawan kemanusiaan.
Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Muhammad Rudi mengatakan, hingga saat ini kiprah para dokter Muslim sudah cukup baik.
"Misalnya dari sisi pengorbanan. Mereka (para dokter) bersedia diterjunkan ke daerah-daerah bencana yang kondisinya serba sulit. Misalnya seperti di Mentawai, untuk ke sana mereka harus naik helikopter. Demikian juga yang dikirim ke luar negeri. Tak jarang mereka ditempatkan di zona merah yang berbahaya dan mengancam keselamatan mereka," papar Rudi.
Tidak hanya kesediaan mereka untuk dikirim ke tempat-tempat bencana, para dokter relawan tersebut senantiasa diingatkan untuk melayani dengan hati. Sebagai seorang dokter sekaligus relawan, mereka tidak hanya mengobati, tetapi juga memberikan motivasi bagi korban bencana.
Tidak hanya sampai di situ. Menurut Rudi, relawan-relawan BSMI tersebut juga diharapkan bisa menjadi penyejuk para korban dengan pendekatan rohani. "Jadi, tidak hanya sebatas menyemangati mereka, tapi ada juga sisi rohaninya. Seperti kita ingatkan mereka agar banyak berdoa di kala tertimpa musibah," tuturnya.
Manajer Operasional Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Rima Manzanaris menambahkan, dokter yang dikirim oleh MER-C telah memperlihatkan kecakapan mereka selama menjadi relawan.
Hal itu dibuktikan ketika mereka mendapat sambutan yang baik di tempat mereka berada. Ia mencontohkan, seperti relawan MER-C yang dikirim ke Gaza Palestina tahun lalu. Apresiasi yang diberikan warga Palestina kepada para dokter Indonesia tersebut ia nilai sangat luar biasa.
"Tim pertama ada tiga dokter, tim kedua ada 10 dokter. Mereka ini mendapat sambutan luar biasa dari warga Palestina. Setiap hari, ada saja yang mengundang makan ke rumah mereka," kata Rima.
Rima mengatakan, para relawan MER-C ketika dikirim ke lokasi bencana sebisa mungkin harus bertemu langsung dengan para korban. Menurutnya, para relawan tidak hanya sebatas memberikan bantuan, tapi juga mendampingi para korban dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
"Yang mereka bawa bukan sekadar bantuan, tapi keahlian. Para dokter tersebut harus bisa menjalankan tugasnya dalam kondisi darurat. Seperti, mereka yang perlu operasi, maka harus dijalankan," tuturnya.
Penuturan Rima, para relawan MER-C tersebut lebih memilih daerah-daerah yang belum terjamah oleh bantuan. Tak jarang, para relawan tersebut harus berjalan kaki, karena jalan yang ditempuh tidak dapat dilewati kendaraan. Jadi, ketahanan fisik para dokter tersebut juga menjadi suatu kemestian. "Ini kita namakan dengan mobile clinic. Jadi, kita datangi rumah mereka yang rubuh itu satu persatu," katanya.