REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pendapatan kuartal kedua 2014 senilai Rp 1,58 triliun. Pendapatan perseroan meningkat 24,4 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan perusahaan sebelum pajak dan bunga ditambah depresiasi (EBITDA) Tower Bersama mengalami pertumbuhan 24,4 persen menjadi Rp 1,299 triliun. "Jika kuartal kedua disetahunkan, total pendapatan perseroan mencapai Rp 3,2 triliun atau naik 19 persen," kata CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong, Rabu (20/8).
Per 30 Juni 2014, total pinjaman perseroan mencapai Rp 13,672 triliun. Total pinjaman senior Rp 9,8 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 814 miliar, total pinjaman bersih mencapai Rp 12,858 triliun dan total pinjaman senior bersih menjadi Rp 8,998 triliun.
Rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 3,42x kali. Sementara, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 4,89 kali. "Ini berarti TBIG masih mempunyai ruang untuk pendanaan lebih lanjut berdasarkan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan," kata Hardi.
TBIG memiliki 18.028 penyewaan dan 11.266 site telekomunikasi per 30 Juni 2014. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 10.159 menara telekomunikasi, 977 shelter-only, dan 130 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 16.921, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,67.
Kuartal kedua ini merupakan kuartal dengan pertumbuhan organik yang tinggi bagi TBIG. Perseroan menambah 930 tenant, termasuk 782 site telekomunikasi build-to-suit. "Kami berkomitmen menyediakan layanan konsumen terbaik untuk pelanggan," kata Hardi.
Meskipun demikian, perseroan membukukan penurunan laba bersih periode berjalan sebesar 25,7 persen menjadi Rp 697 miliar. Namun, laba operasi meningkat 23,8 persen menjadi Rp 1,2 triliun.
Penurunan laba disebabkan oleh tingginya beban keuangan, yaitu sebesar Rp 489 miliar dari Rp 324 miliar. Sementara, pendapatan atas kenaikan nilai wajar investasi mengalami penurunan dari Rp 438 miliar per Juni 2013 menjadi Rp 90,56 miliar.